Hidayatullah.com–Badan Keamanan Nasional (NSA), sebuah badan intelejen Amerika Serikat (AS) yang bertugas mengumpulkan data untuk mengumpulkan dan menganalisis komunikasi negara lain serta operasi kontra intelejen, telah memasuki jaringan terenskripsi Aljazeera Media Network dan beberapa media lainnya pada 2006, berdasarkan sebuah laporan oleh media AS.
Sebuah dokumen yang diberikan kepada The Intercept oleh “whistle-blower” Edward Snowden menunjukkan bahwa NSA membobol Virtual Private Network (VPN) Aljazeera, jalur terenskripsi yang digunakan oleh mengamankan lalu lintas internet.
“Baru-baru ini, NSA telah mendekripsi sejumlah target yang menarik … yang dianggap oleh produk lini memiliki potensi tinggi sebagai sumber intelejen,” dokumen tersebut menyatakan, yang kemudian diikuti dengan daftar sejumlah target.
Termasuk dalam di daftar itu Aljazeera, Kementrian Dalam Negeri dan Pertahanan Iraq, provider internet pemerintah Iraq dan empat maskapai penerbangan dari Rusia, Paraguay dan Iran.
Jaringan yang berhasil dibobol ialah sebuah jaringan VPN, sebuah tunnel atau terowongan digital yang semua lalu lintas internetnya dikirim untuk melindunginya dari mata-mata.
Menurut dokumen tersebut, semua VPN digunakan oleh sejumlah perusahaan dan institusi yang masuk dalam daftar semuanya didekripsi, meskipun rincian bagaimana hal itu dilakukan tidak dijelaskan.
Data yang dikumpulkan setelah mendekripsi lalu lintas internet sedang “dievaluasi untuk konten intelejen.”
“Ratusan tautan VPN tambahan juga telah diidentifikasi dan sedang diselidiki,” tambahnya.
Dokumen-dokumen tersebut menyatakan bahwa pada titik itu, NSA telah berupaya membuka enkripsi VPN selama tiga tahun.
Pada tahun 2013, majalah mingguan berpengaruh Jerman Der Spiegel mempublikasikan sebuah artikel bersumber dokumen yang sama, menyatakan NSA sedang memata-matai Aljazeera, namun pihaknya tidak menjelaskan bahwa hal itu dilakukan dengan membobol VPN yang digunakan oleh Aljazeera.
Tidak diketahui apakah NSA melanjutkan operasi itu sejak 2006.
Serangan dan kritik
Dokumen itu bertanggal 23 Maret, 2006, di waktu Aljazeera berulangkali dikritik oleh Presiden AS saat itu George W Bush karena liputannya tentang perang Iraq dan perang di Afghanistan.
Dua tahun kemudian, pada 2004, Bush diduga mendiskusikan pemboman markas Aljazeera di Doha dengan Tony Blair, Perdana Menteri Inggris saat itu, menurut laporan-laporan media Inggris.
Pemerintah AS di Washington, DC telah menolak cerita itu.
Aljazeera telah berulangkali menjadi target oleh pemerintah AS, terutama beberapa pemboman kantornya.
Pada tahun 2001, sebuah bom dari pesawat angkatan udara AS menghantam biro Aljazeera di Kabul, Afghanistan, menghancurkan bangunannya, meskipun AS tahu persis koordinat kantor-kantor itu.
Kemudian, pada April 2006, bom AS lain menghantam biro Aljazeera di Baghdad, Iraq, membunuh jurnalis Tareq Ayyoub dan melukai satu orang lainnya. Pasukan AS di Iraq lagi-lagi mengetahui persis koordinat kantor itu. */Nashirul Haq AR