Hidayatullah.com–Seorang menteri senior ‘Israel’ akan pergi menuju Oman minggu depan, hanya beberapa hari setelah Perdana Menteri Zionis ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengunjungi negara Teluk itu dalam kunjungan mengejutkan yang secara luas dikecam oleh Palestina.
Menteri Intelejen dan Transportasi ’Israel’ Yisrael Katz, akan berpatisipasi dalam konferensi transporatasi internasional, kementriannya mengatakan.
Katz, yang juga merupakan seorang anggota kabinet keamanan ‘Israel’, akan membagikam proposalnya untuk pembangunan jalur kereta api antara ‘Israel’ dan Negara Arab Teluk.
Ini pertamanya kalinya seorang menteri negara penjajah diundang ke pertemuan yang diselenggarakan di Oman. Meski ‘Israel’ dan Oman tidak memiliki hubungan resmi.
Kamis lalu, Netanyahu bertemu dengan Sultan Oman Qaboos, sebuah pertemuan yang dirahasiakan hingga perdana menteri itu kembali ke ‘Israel’, di mana itu dimunculkan sebagai langkah sukses upaya-upaya untuk meningkatkan hubungan dengan dunia Arab.
Kunjungan langka Netanyahu ke negara Teluk terjadi di tengah-tengah periode berkelanjutan yang para analis katakana sebagai menghangatnya hubungan antara ‘Israel’ dan beberapa negara Arab.
Kunjungan ke Oman itu merupakan kunjungan Perdana Menteri ‘Israel’ pertama sejak 1996, ketika Perdana Menteri saat itu Shimon Peres berkunjung dan kedua negara setuju untuk mendirikan kantor perwakilan perdagangan.
Oman menutup kantor itu pada tahun 2000 setelah pecahnya Intifada Kedua Palestina.
Pemerintah Palestina dengan keras mengecam Oman karena menyambut kunjungan penjajah, mengatakan hal tersebut menunjukkan “normalisasi” hubungan antara ‘Israel’ dan dunia Arab meskipun terjadi penjajahan ‘Israel’ atas Yerusalem (Baitul Maqdis), Gaza dan Tepi Barat.
Baca: Untuk Pertama Kali, Menteri Penjajah Dizinkan Masuk Masjid di Abu Dhabi
“Sistem prinsip dan pakta politik serta sosial sudah tidak ada lagi,” kata Mohammad Shtayyeh, penasihat presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, dalam pernyataannya.
“Ini adalah awal dari normalisasi public dan akhir dari inisiatif perdamaian Arab,” tambahnya, merujuk pada proposal Liga Arab tahun 2002.
Proposal tahun 2002 menegaskan bahwa negara-negara Arab akan memulihkan hubungan diplomatik dengan ‘Israel’ sebagai ganti “penyelesaian damai: dengan pendirian Negara Palestina yang akan mengembalikan semua wilayah yang dijajah atau dicaploknya sejak tahun 1967.
Hamas, yang mengurusi pemerintahan di Gaza, mengecam Oman karena menyetujui kunjungan Netanyahu, mengatakan itu akan mempercepat “normalisasi dengan entitas ‘Israel’” dan “pengkhiatanan” terhadap Palestina.*/Nashirul Haq AR