Hidayatullah.com– Sebuah jet tempur angkatan udara China jatuh menimpa sejumlah dalam misi pelatihan di China bagian tengah, menewaskan satu orang di darat dan melukai dua lainnya, kata media pemerintah.
Dilansir Associated Press Jumat (10/6/2022), kemunculan laporan itu tidak biasa sebab China umumnya menyembunyikan kecelakaan-kecelakaan militer atau justru menekankan betapa heroiknya pilot dalam menghindari jatuhnya korban atau kerusakan parah saat kejadian.
Kanal televisi militer China CCTV melaporkan pesawat J-7 jatuh di dekat bandara di Xiangyang di provinsi Hubei pada Kamis pagi. Pilot berhasil melontarkan diri dengan selamat, tetapi beberapa bangunan rumah penduu rusak, kata laporan itu.
Pilot dan mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit, dan penyebab kecelakaan itu sedang ditelusuri.
J-7 adalah pesawat model lawas, bermesin tunggal dengan asal-usulnya di Soviet MiG-21 yang berasal dari tahun 1950-an dan diproduksi selama hampir 50 tahun sampai produksi berakhir pada 2013. Meskipun demikian, masih banyak yang dipakai untuk melindungi wilayah udara China.
Pemerintah China juga menjual versi ekspornya, F-7, ke lebih dari selusin negara. Namun, banyak di antaranya telah mengandangkan pesawat tersebut.
Pemerintah Australia dan Kanada baru-baru ini mengeluhkan penerbangan sembrono oleh jet-jet tempur China yang mereka sebut membahayakan awak pesawat pengintai militernya.
Dalam pernyataan bertanggal 1 Juni, militer Kanada mengatakan pesawat China mencoba mengalihkan pesawat patroli jarak jauh Kanada dari jalur terbangnya, dan kru-nya bertindak cepat mengubah arah guna menghindari tabrakan di udara.
Australia mengatakan jet tempur China pada 26 Mei melakukan tindakan agresi berbahaya terhadap pesawat angkatan udara Australia yang sedang melakukan pengawasan udara di atas Laut Cina Selatan.
J-16 China berakselerasi dan memotong di depan pesawat Australia, melepaskan sekam dengan potongan-potongan kecil aluminium yang dirancang untuk membingungkan radar yang kemudian tersedot ke mesin pesawat Australia, kata Menteri Pertahanan Australia Richard Marles.
China membela tindakan pilot-pilotnya dan menyalahkan negara asing karena melakukan pengawasan ketat terhadap wilayahnya untuk menahan perkembangan militer China.
Penerbangan sipil China juga menjadi sorotan beberapa waktu lalu menyusul kejatuhan pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan China Eastern Airlines pada 21 Maret yang menewaskan semua 132 orang di dalamnya. Pihak Amerika Serikat yang terlibat dalam investigasi – karena pesawat dibuat di dan oleh perusahaan AS – mengaatakan bahwa penyelidikan awal mengindikasikan pesawat sengaja diarahkan menukik tajam hingga jatuh. Sementara pihak China sampai saat ini belum memberikan keterangan apapun berkaitan dengan penyelidikan kecelakaan itu.
Pada 12 Mei, sebuah penerbangan Tibet Airlines dengan 122 orang di dalamnya berangkat dari kota China di barat daya Chongqing ketika menyimpang dari landasan pacu dan terbakar. Tidak ada korban jiwa, tetapi beberapa penumpang mengalami luka ringan.*