Hidayatullah.com–Malam tanggal 27 Ramadhan sepertinya sudah menjadi malam istimewa bagi masyarakat Mesir. Setiap tahunnya, ribuan orang dari berbagai penjuru Mesir membanjiri Masjid Amru bin Ash untuk melaksanakan shalat Taraweh. Bahkan sedari shalat Asar, masjid pertama di Benua Afrika ini sudah dipenuhi jama’ah. Jadi wajar saja jika kita datang setelah shalat Asar hanya akan kebagian tempat di luar masjid. Dan tidak sedikit juga jama’ah yang sudah menunggu sejak shalat Dzuhur.
Di luar bulan suci Ramadhan, kawasan Masjid Amru bin Ash sebenarnya biasa-biasa saja. Setiap harinya, Masjid Amru bin Ash selain dipakai untuk shalat berjama’ah, juga menjadi salah satu objek wisata yang sering dikunjungi turis. Ketika Ramadhan tiba, masjid ini diramaikan oleh orang yang beriktikaf.
Namun ketika malam ganjil 27 Ramadhan tiba, masjid yang diambil dari nama panglima tentara Islam yang menaklukkan Mesir ini berubah menjadi lautan manusia.
Jalan raya yang berada persis di depan masjid telah tertutup bagi kendaraan. Hanya yang berjalan kaki saja yang boleh lalu-lalang. Tikar hijau juga sudah digelar menutupi jalan, disiapkan untuk jama’ah yang kebagian tempat di luar masjid. Untuk memberikan keamanan bagi jama’ah, beberapa mobil polisi lengkap dengan anggotanya juga disebar di kawasan tersebut.
Di sana sini juga banyak orang yang menjajakan makanan, mulai dari makanan ringan hingga yang berat. Di salah satu sisi jalan juga terlihat maidah ar-rahman, tempat berbuka puasa gratis. Namun tentu saja maidah ar-rahman itu tidak mencukupi untuk seluruh jama’ah yang ada. Kebanyakan jama’ah juga telah mempersiapkan bekal berbuka puasa dari rumah.
Semakin menjelang magrib, semakin bertambah terus jama’ah yang datang. Ketika adzan Isa berkumandang, banjir manusia pun semakin menjadi-jadi.
Entah apa yang membuat malam ganjil 27 Ramadhan ini begitu istimewa bagi masyarakat Mesir, namun yang jelas tanggal itu adalah jadwal rutin tahunan bagi qari internasional terkemuka Syeikh Muhammad Jibril untuk memimpin shalat Isa dan Taraweh berjama’ah di Masjid Amru bin Ash.
Suara merdu Syeikh Jibril memang selalu dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang beliau bacakan mampu menyentuh hati orang yang mendengarkannya. Isak tangis jama’ah pun terdengar saling bersahut-sahutan.
Yang menarik dari shalat Taraweh di malam 27 Ramadhan bersama Syeikh Jibril ini adalah doa qunut beliau ketika shalat Witir. Doa yang beliau bacakan begitu dahsyat dan menggugah hati. Sahut-sahutan “Amin” dan “Ya Allah” dari jama’ah juga menggema mengikuti doa yang beliau bacakan itu. Akhirnya tak terasa kita telah berdiri sekitar satu jam mengamini doa Syeikh Jibril.
Banyak hal yang dipanjatkan oleh Syeikh Jibril dalam doa qunut itu. Tak luput juga permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi umat Islam, seperti yang ada di Palestina, Irak, Suriah, Libya, Somalia dan lain sebagainya. Dan tak ketinggalan juga doa beliau untuk Mesir, bumi tempat beliau dilahirkan.
Seusai shalat, tidak sedikit waktu juga yang kita butuhkan untuk keluar dari keramaian manusia. Desak-desakan tentu saja pasti terjadi. Sepanjang jalan dipenuhi jama’ah. Namun meski demikian, susana malam 27 Ramadhan seperti ini akan selalu dirindukan setiap tahun.*