Hidayatullah.com–Selain kepentingan militer Mesir, kudeta yang terjadi terhadap presiden terpilih Dr Mohammad Mursy tidak lepas dari peran Amerika Serikat (AS) dan kekuatan Syiah di Iran. Begitu pendapat Dr Atef Abd. El Fattah Saad El Hadely, mantan staff Kementerian Kesehatan Mesir ketika era Mursy di Jakarta.
Menurut lelaki yang juga berprofesi sebagai dokter anak ini. Dua hari sebelum kudeta Presiden Mursy (01/07/2013), Presiden AS Barrack Obama menelepon Presiden Mursy. Kala itu Obama berkata bahwa akan ada pemilihan presiden di Mesir dan Mursy tidak diikut sertakan.
“Dr Mursy menjawab, yang berhak menentukan pemilihan presiden di Mesir adalah rakyat Mesir bukan Amerika Serikat,” jelas Atef dalam dialog “Info Terkini Mesir” yang diadakan Komnas Kemanusiaan dan Demokrasi Mesir di MUC Building Jalan Simatupang Jakarta, Senin (23/12/2013) kemarin.
Sikap tegas presiden Mursy yang seperti itulah yang membuat AS berambisi untuk menjatuhkan presiden yang juga anggota organisasi Islam international Al Ikhwan Al Muslimun tersebut.
Tangan- tangan Syiah
Menurutnya, secara kasat mata, peran Syiah memang sulit dibuktikan dalam kudeta Dr Mursy. Tapi bagi mereka yang hadir dalam pembantaian militer Mesir di Rab’ah punya penilaian berbeda.
“Kami di Mesir semua sadar bahwa Syiah memiliki peran terlebih setelah dukungan Dr Mursy terhadap perjuangan di Suriah,” jelas lelaki yang saat doa penutup tidak lupa mendoakan perjuangan Mujahidin di Suriah dan Jalur Gaza ini.
“Jika memang syiah saudara kami, mengapa mereka diam saja ketika kami dibantai di depan mata dan kepala mereka?,” jelasnya.
Sementara, Iran melalui tangan-tangan Syiahnya di Mesir juga memiliki andil dalam penjatuhan presiden Mursy. Menurut Atef, dalam sejarah dunia Islam dan Timur Tengah. Baru presiden Mursy yang berani datang ke Teheran dan bershalawat untuk Rasulullah dan memuji Abu Bakar As Shidiq, Umar Bin Khatab dan sahabat-sahabat yang sering dicela oleh agama Syiah.*