Barat Menjadi Tuan di Tubuh dan Otak Kita!
SELAMA ini kita suka segala yang kebarat-baratan. Kita lebih suka ke mall daripada ke masjid. Mall sebagai simbol pasar ala Barat yang menyajikan aneka macam hiburan. Kalau mau makan, kita rela merogoh kocek lebih dalam tuk makan makanan ala Barat.
Sebut saja McD, KFC, Starbuck, Dunkin Donuts, Pizza Hut, dan aneka merk lainnya. Semuanya serba Barat. Dari jenis makanannya, cara makannya dan gaya makannya. Semuanya menciptakan gengsi. Kalau engga Barat, enggak asyik!
Lalu kita memilih baju dan pakaian juga lebih suka merk Barat. Jenis kain jeans identik dengan remaja gaul dan eksis. Sepatu, jaket dan topi semuanya identik dengan apa yang sedang tren di barat. Dibela-bela untuk mengumpulkan uang, hanya demi sepatu bermerk; Reebok, Nike, Crocs, dan lainnya. Baju, kaos, celana, tas dan dompet, semua sudah Barat.
Kosmetik, bedak, parfum dan segala yang menempel di tubuh juga lebih doyan dan lebih keren kalau dari Barat. Bahkan uang rupiah kita pun harus berkiblat pada kurs Barat. Barat sudah jadi tuan di tubuh kita, di rumah kita, dan di otak kita. Dia nongkrong bertahun tahun di dalam pikiran kita. Dan kita rela menyembahnya dengan ritual yang kita anggap bergengsi itu.
Begitu baik kita sama Barat. Kita hormati kedatangan dia ke sini. Kita puji dan kita kagumi kecerdasannya. Kita pakai budayanya. Kita makan makanannya. Kita gunakan pakaian yang mereka buat. Kita tonton filemnya. Kita sanjung dan puja aktris dan aktornya. Kita elu elukan pemain bolanya, petinjunya dan semua atlitnya. Kita sudah jilat semua yang berbau barat. Dengan jilatan maksimal. Tanpa perasaan benci, tanpa perasaan curiga, tanpa perasaan aneh. Melakukan dengan bangga dan penuh suka cita. Senang riang dan gembira.
Lalu apa yang kita dapat?
Dan ketia orang-orang Barat membakar al-Quran kita –bahkan dengan terang-terangan– di depan beberapa orang di internet berupaya membakar al-Quran kita, Kitab suci kita, apa yang ada dalam benak kita semua?
Bahkan ketika person-person di Barat “menghina” Nabi kita. Dia gambarkan Rasulullah, Nabi kita yang setiap saat kita bersolawat atasnya. Dan di mana kita senantiasa diminta setiap hari meniru perilakunya, mengharap syafaat dari beliau saat kita mati kelak. Lalu, kini Barat menghinakannya, mencacinya, dan melecehkannya. Ingetlah, bukan mengkritik, tapi MENGHINA!
Di belahan Eropa, hari ini mereka melarang perempuan-perempuan Muslim menggunakanberkerudung. Menurup aurat yang merupakan kewajiban kaum Muslimah, hak menunaikan perintah agamanya dilarang juga. Ingat, mereka tidak hanya menegur, tetapi sudah mengeluarkan aturan perundangan LARANGAN!
Dengan apa mereka melakukan semua itu? Dengan uang-uang kita juga. Dari produk-produk yang mereka jual kepada kita juga.
Kita puji mereka setiap hari, tapi pada saat yang sama, mereka menghinakan kita dengan cara yang mereka bisa. Lalu, apakah kita masih akan tetap menyembah peradabannya?
Apakah kita masih merasa bangga dengan “kebaratan” yang ada di tubuh kita?
Atau kita seharusnya mulai berpikir kembali, betapa kerdilnya kita selama ini. Betapa dungunya kita?
Pengirim:
Burhan Sodiq S.S