SEMINGGU ini sedang ramai soal video “Kristenisasi” di Car Free Day, [Baca: Heboh “Video Kristenisasi”: “Kenapa Ibu Pakai Kerudung Disuruh Percaya Tuhan Yesus?”] Kalau menurut saya sih tidak usah marah-marah, dan harus menaggapi dengan kepala dingin.
Sebenarnya akan sangat menarik kalau investigasinya lebih dipertajam dengan mewawancarai pihak-pihak yang terlibat. Mungkin sedikit ringkasan dari buku yang mereka terbitkan, “Transformasi Indonesia” bisa menjelaskan bagaimana mindset para ‘sales Tuhan’ ini. (Maaf saya menggunakan istilah sales).
Para sales ini biasanya dari kelompok kharismatik, yang warnanya berbeda dengan kelompok Kristen tradisional yang sepertinya sudah mulai belajar bagaimana hidup berdampingan secara sopan dengan umat beragama lain, setelah pertikaian panjang sejak awal Orde Baru sampai tahun 1990-an.
Saya ingat sebuat tulisan berjudul, “Jangan Tunda, Ladang Sudah Menguning, “ sebuah judul artikel di Tabloid Reformata edisi pertama, ditulis oleh Pendeta Bygman Sirait, Gembala Sidang Gereja Presbyterian Indonesia (GPI).
Menguning di sini bukan dalam pengertian menjadi Golkar, tapi merupakan padi yang siap dituai. Sebab dalam pandangan, sebagain kaum Kristen Evangelis (yang agresif dalam melakukan Kristenisasi), diyakini bahwa tahun 2005 adalah tahun tunaian, dan akan disempurnakan pada tahun 2020, yang dikenal sebagai penggenapan amanat agung.
Amanat Agung adalah salah satu ayat dalam Bible yang menjelaskan salah satu kewajiban utama orang Kristen untuk melakukan pewartaan Bible kepada masyarakat non Kristen, yakni Matius 28 : 18-20.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20)
Dengan menjadikan tahun 2020 sebagai tahun penggenapan amanat agung, maka di tahun tersebut, Kristen seharusnya sudah harus menjadi mayoritas di negeri ini. Sebab kekristenan negeri yang bernama Indonesia ini, konon sudah dijanjikan dalam Al Kitab (baca Bible), sebagaimana tercantum dalam nubuatan Yesaya 60 : 7-9
Ada pun Nubuatan Yesaya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu. Semuanya akan dipersembahkan di mezbah-Ku dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku
2. Siapakah mereka ini yang melayang-layangseperti awan….
3. Sungguh, Akulah yang dinanti-nantikan pulau-pulau yang jauh, kapal-kapal Tarsis berlayar di depan untuk membawa anak-anakmu laki-laki dari jauh, perak dan emasnya dibawa serta untuk nama Tuhan, Allahmu.
Tafsir dari nubuatan Yesaya tersebut, menurut Pdt. Ir. Rachmat T. Manullang dalam buku “Transformasi Indonesia” adalah :
1. Negeri keturunan Nebayot dan Kedar (keduanya adalah keturunan Ismail, moyang bangsa Arab, maksudnya ummat Islam-pen) adalah Indonesia karena keturunan Ismail secara rohani terbesar di dunia (dalam hal ini umat Islam, pen) ada di negeri ini.
2. Negeri tersebut memiliki banyak pulau. Sebagaimana Indonesia memiliki 17.000 pulau lebih.
3. Indonesia termasuk negeri yang jauh dari Yerusalem.
4. Negeri tersebut berlimpah emas dan perak, sedang Indonesia merupakan negeri yang sangat kaya.
Jadi kalau kemudian pintu-pintu keluarga Muslim didatangi para misionaris, seperti yang terjadi pada salah satu keluarga pak Amien Rais, atau fenomena di Car Free Day, atau mungkin Anda suatu saat diberi orang Majalah Kristen, bahkan seperti yang pernah dialami teman saya, saat dibagi brosur “Kesaksian Kristen” di perempatan jalan, sebenarnya fenomenanya mirip orang jualan obat pelangsing.
Maka yang pertama-tama ingin saya sampaikan, sedikit maklumlah, karena mereka adalah “sales” yang sedang dikejar target.
Santai sajalah, syukur-syukur kalau sebagai Muslim kita bisa menjelaskan mengapa Muslim berbeda dengan mereka. Justru yang terbaik adalah, ajaklah orang yang menyebarkan brosur itu ngopi, bukakan Al-Qur’an, dan jelaskan tentang isi ketauhidan.
Kalau perlu ditanya balik, di mana alamat rumahnya, kemudian kita datangi dan kita bawakan buku-buku tentang kritik Islam atas Ketuhanan Yesus.
Jadi tidak perlu marah atau demonstrasi, tapi berbuatlah sesuatu, datangi dan dakwahi mereka, Insya Allah akan lebih menyelesaikan masalah.*
Penulis
Arif Wibowo-Solo