ISU partisipasi pejuang asing yang bergabung dengan kelompok-kelompok pejuang di Timur Tengah muncul dalam agenda setelah ISIS menguasai Mosul, kota terbesar kedua Irak, pada bulan Juni.
Para wartawan Anadolu Agency telah melakukan studi ekstensif untuk menyajikan laporan, melalui penelitian dari para pemikir dan pengamat mengenai warga Eropa yang pergi berperang di Suriah dan Iraq.
Menurut laporan, para pejuang Eropa, sebagian besar berasal dari Prancis, Jerman, dan Inggris, masing-masing 900 warga negara Prancis, 500 warga Inggris, dan 400 Jerman. Mereka berpartisipasi di Suriah dalam perang melawan rezim Assad yang telah membantai ribuan orang. Di Irak, pejuang Eropa berjuang bersama gerilyawan ISIS yang bertanggung jawab atas timbulnya banyak korban.
Laporan dari American Soufan Group, yang menyediakan layanan intelijen keamanan strategis untuk pemerintah dan organisasi multinasional, mengatakan, lebih dari 2.500 pejuang dari negara-negara Barat berpartisipasi dalam konflik bersama ISIS.
Menurut laporan itu, sebagian besar relawan berusia antara 18-19 dan langsung pergi ke garis depan tanpa memiliki pelatihan militer.
Laporan mengungkapkan, para pejuang yang pergi ke Suriah dan Irak dari negara-negara non-Muslim, telah memeluk Islam setelah partisipasi dengan kelompok-kelompok pejuang.
Para pejuang asing mengambil bagian dalam perang ini dengan pembenaran memenuhi kewajiban dalam melindungi agama mereka; dengan membantu kelompok yang mereka berempati, dan melindungi serta berbagi dengan orang-orang dari agama yang sama.
Kepolisian Eropa, Europol, menyatakan dalam laporan 2014 bahwa selama perang sipil Suriah terus berlanjut, warga dari negara-negara anggota Uni Eropa akan terus berjuang di sana.
Menurut laporan itu, kondisi bahaya negara-negara Eropa akan meningkat pada saat para pejuang kembali ke negara mereka.
Intelijen Jerman telah melakukan pemantauan terhadap mereka yang kembali.
Menurut laporan resmi dari Jerman –negeri yang dihuni sekitar lima juta Muslim, satu dari empat orang yang berjuang di Suriah dan Irak telah kembali, dan lebih dari setengah dari mereka yang kembali berada di bawah usia 25 tahun.
Di antara mereka yang pergi meninggalkan Jerman, 20 di antaranya sebelumnya pernah bertugas di tentara dan memiliki keahlian militer signifikan, yang merupakan aset penting bagi ISIS.
Intelijen Jerman yang memonitor orang-orang yang kembali dari perang, mencoba untuk menghentikan orang lain yang ingin bergabung dengan kelompok-kelompok pejuang di lini depan.
Sekitar 900 warga Prancis berpartisipasi dalam perang di Irak dan Suriah. Laporan mengatakan, 332 orang pergi ke Suriah dan hanya 100 yang kembali. Hampir dua dari tiga pejuang asing adalah Prancis, dan 20 persen dari para pejuang Prancis kemudian masuk Islam.
Pemerintah Prancis mengambil langkah-langkah konkret terhadap mereka yang bertempur dalam perang ini dengan memperkuat undang-undang yang ada.
Negara-negara Eropa Lainnya
Menurut laporan resmi, sekitar 500 warga Inggris pergi ke perang di Timur Tengah, tetapi beberapa ahli membantah dengan menyebutkan sebanyak 700 warga.
Kementerian Dalam Negeri Belgia mengatakan, 150 orang Belgia berpartisipasi dengan kelompok-kelompok pejuang di Suriah dan Irak, sedang dinas intelijen Belanda mengatakan, sekitar 130 warga Belanda berpartisipasi dalam konflik, 30 di antaranya telah kembali ke Belanda.
Orang-orang Kristen, Yahudi, dan Muslim merupakan di antara 130 warga Austria yang pergi ke Suriah dan Iraq untuk melawan dan 20 orang telah tewas, menurut laporan resmi.
Selain itu, ada sekitar 100 orang pergi untuk bertarung di Timur Tengah dari Denmark, 11 di antaranya tewas.
Sekitar 50 orang juga berasal dari Norwegia, dengan sekitar 20 orang telah kembali kembali ke negara mereka.
Operasi anti-ISIS di Balkan
Adanya warga Eropa yang berpartisipasi dalam kelompok-kelompok di Suriah dan Irak telah menjadi isu prioritas di Bosnia dan Herzegovina, Kosovo, Albania, Serbia, dan Macedonia.
Pihak berwenang Kosovo menangkap 42 tersangka pejuang bulan lalu yang berpartisipasi dengan ISIL dan kelompok Al-Nusrah di Suriah dan Iraq. Polisi Kosovo melaporkan, 16 orang Albania Kosovo telah tewas di Suriah dan Iraq.
Secara terpisah, Bosnia dan Herzegovina menangkap 16 orang yang berpartisipasi dalam “kegiatan bersenjata” dan menjadi anggota kelompok-kelompok perjuangan.
Setiap negara Balkan memperkuat undang-undang anti-terorisme mereka. Bosnia dan Herzegovina, Kosovo dan Makedonia, sedang mempersiapkan undang-undang yang mengkriminalisasi partisipasi warganya dalam perang asing. Seseorang yang berjuang di Suriah dan Irak akan dijatuhi hukuman sampai lima tahun penjara di Makedonia, hingga 10 tahun di Bosnia dan Herzegovina, dan sampai 15 tahun di Kosovo.*/Dikutip dari laman World Bulletin, Senin (8/9/2014) [Tulisan berikutnya]