Sambungan artikel KEDUA
SEBUAH kesepakatan dicapai yang lebih dari apa yang Assad sepakati dengan para pemberontak. Tapi kesepakatan itu eksplosif. Kesepakatan itu menunjukkan bahwa Iran tidak lagi percaya pada kemenangan Assad, dan menunjukkan bahwa pembagian negara telah berlangsung, termasuk confessional cleaning.
Seruan gencatan senjata ditujukan kepada para Sunni yang kini tinggal di Zabadani, untuk meninggalkan kota tersebut dan bergerak ke Idlib. Sebagai gantinya, Syiah di Fua dan Kafraya akan diperbolehkan untuk tinggal di selatan. Gencatan senjata akan berlaku di seluruh rangkaian kota dan desa di area tersebut dan wilayah tersebut dibuat sebagai wilayah larangan-terbang bagi jet-jet dan helikopter rezim Suriah.
Ini adalah pelanggaran berat terhadap otonomi rezim dan Assad melakukan apa saja untuk menolak implementasi kesepakatan tersebut, termasuk membebaskan 500 tahanan.
Kegemparan yang disebabkan oleh campur tangan Iran dalam lingkaran Assad telah mencapai dunia luar. Tetapi sejumlah figur-figur penting rezim – mereka yang menentang permainan kekuasaan Iran – telah menghilang akhir-akhir ini. Beberapa dalam sitiasi yang sedikit ganjil.
Villa-villa yang Meledak
Desember tahun lalu, rumah milik Jendral Rustum Ghazaleh, kepala Direktorat Keamanan Politik Suriah, diledakkan dan kejadiannya direkam. Video tersebut, dengan BGM melodramatis serta permintaan kesetiaan kepada Assad, diunggah ke dunia maya.
Tidak lama kemudian, Ghazaleh dipukuli hingga tewas oleh antek dari pasukan rahasia Suriah, dua orang diantaranya berasal dari Iran. Alasannya: Ghazaleh kebal terhadap milisi Syiah, dengan siapa dia menolak bekerjasama. Iran awalnya ingin menggunakan villa-nya sebagai markas, oleh karena itu Ghazaleh meledakkannya.
Pada bulan Juli, giliran Jendral Dhu al-Himma Shalish yang telah puluhan tahun menjadi kepala Pengawalan Presiden dan kerabat dekat Assad. Media Suriah melaporkan bahwa korupsi adalah alasan penurunan jabatannya yang mendadak. Sebuah klaim yang cukup mencurigakan, karena Shalish tidak hanya korup. Dia adalah rajanya korup, baik di bidang perumahan, obat-obatan serta senjata. Lebih jauh lagi, dia adalah tokoh kunci dari senjata dan teknologi bernilai ratusan juta dollar yang diselundupkan melalui Suriah ke Baghdad pada periode embargo yang berlaku saat itu.
Perdagangan illegal tersebut sebagian diungkap oleh Amerika Serikat pada 2003, dan mendorong rezim Assad hampir kolaps akibat tekanan-tekanan dari luar, teruburuk dalam 30 tahun terakhir.
Pada saat itu, di Suriah tidak ada yang peduli pada aktivitas illegal Jendral Shalish. Maka dari itu, penurunan jabatannya tidak berkaitan dengan praktek bisnis korupnya dan lebih kepada perannya sebagai kepala Pengawalan Presiden.
Kedua contoh tersebut menunjukkan jangkauan tekanan dari Iran kepada Assad – ke titik dimana dia tak bisa lagi melindungi orang-orang kepercayaannya. Dan hal tersebut amatlah berbahaya baginya.
“Sejak kepergian Shalish, Iran memiliki akses fisik langsung kepada Bashar,” ujar diplomat Rusia yang telah lama memiliki kontak di Damaskus itu. Assad kini dilindungi oleh Iran dan mereka dapat dengan mudah menyingkirkannya jika mereka mau.
Pasukan dari Moskow membuat Assad bisa sedikit bernapas lega. Dia kini dapat, dalam batas-batas tertentu, mempermainkan dua kekuatan pelindungnya dan meneruskan kampanye melawan negaranya sendiri. Itu satu hal yang dia tidak bakal menang, tapi tidak akan hilang dari genggamannya dalam waktu dekat.*/Tika Af’idah