Sambungan artikel PERTAMA
Haikal kedua. Orang-orang Yahudi yang kemball dari pengasingan di Babilonia selesai membangun Haikal kedua yang memakan waktu 70 tahun di masa Koresy, raja Persia. Banyak benda-bendanya telah hilang yang di antaranya Tabut Perjanjian.
Dan di periode ini, kota Al-Quds berada di bawah kekuatan militer negara di wilayah tersebut; Yunani dan Romawi Romawi memasukinya tahun 63 SM. Kemudian orang- orang Yahudi melancarkan pemberontakan pada Romawi.
Ketika itu penguasa Palestina adalah panglima perang Romawi, Titus. Maka ia membakar Haikal palsu itu dan menjual banyak orang Yahudi di seluruh wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi pada tahun 70 SM.
la menyebar dan menceraiberaikan mereka di muka bumi. Haikal tidak ada selain dalam khayalan Yahudi yang nampaknya telah mengalami banyak distorsi, dengan bukti sampai sekarang mereka tidak menemukan sedikit pun jejak yang bisa membimbin mereka pada keberadaan Haikal.
Kini orang-oran Yahudi membuat miniatur Haikal Sulaiman dan perkampungan Yahudi kuno di sekitarnya dalam upaya meyakinkan dunia akan keberadaan Haikal. Kini orana-orang Yahudi mengklaim telah menemukan beberapa peninggalan dan mereka melarang para arkeolog menelitinya agar kedok kedustaan dan kebohongan mereka tak terungkap.
Tembok Ratapan
Orang-orang Yahudi biasa berdiri di hadapan tembok ini untuk beribadah dan menangis sebagai ungkapan kesedihan atas robohnya Haikal fiktif pada tahun 70 M. Mereka mengklaim tembok ini bagian dari tembok Haikal yang dibangun Herodus pada tahun 18 SM yang kemudian dihancurkan.
Oleh karena Al-Quds berada dalam kekuasan orang lain, mereka dilarang berdiri di tempat ini. Akan tetapi ketika Al-Quds jatuh di tangan mereka pada tanggal 7 Juni 1967 H dan Yahudi memiliki kebebasan mutlak menggunakan tembok ini mereka menamainya “Tembok Barat”.
Mulailah aktifitas penggalian yang dilakukan secara reguler di dekat tembok ini untuk menemukan suatu petunjuk. Namun sampai sekarang tak ditemukan jejak materil apa pun atas kebenaran klaim mereka.
Dan tak ditemukan sesuatu pun yang mendukung teori keberadaan Haikal baik di sini atau di tempat lain. Sebenarnya, Tembok Buraq -atau tembok ratapan dalam penamaan Yahudi- adalah tembok di mana Nabi Muhammad ﷺ mengikat Buraq di malam lsra’ dan Miraj. Di dekatnya ada masjid kecil untuk mengerjakan shalat sunah.
Tembok Buraq panjangnya 48 meter dengan tinggi 17 meter. Tembok ini bagian penting dari Masjidil Aqsha dan salah satu pondasi utamanya.
Sinagog
Dalam bahasa mereka kata ini, al-kanis, berarti tempat berkumpul. lalah bangunan khusus untuk membaca kitab-kitab dan menyelenggarakan perayaan-perayaan mereka.
Sinagog memiliki posisi penting dalam kehidupan sosial dan spiritual Yahudi. Sebab bangunan ini didirikan khusus untuk beribadah dan kadang-kadang untuk belajar di tempat-tempat keberadaan mereka.
Dan umumnya, arsitektur bangunannya berbentuk simbol-simbol agama. Ukuran bangunan ini bervariasi sesuai kemampuan finansial Yahudi di setiap tempat, ada yang besar dan ada yang kecil.
Orang- orang Yahudi yang beribadah di tempat ini menghadap ke Baitul Maqdis dan sebuah lemari diletakkan ditembok yang menghadap ke Baitul Maqdis sebagai tempat menyimpan gulungan-gulungan Taurat. Di tempat ini disediakan tempat duduk khusus untuk laki-laki dan wanita di dalam Sinagog di sebagian komunitas Yahudi.
Kota Tiberias
Kota ini adalah satu dari empat kota suci Yahudi (yakni, Baitul Maqdis, Yericho, Mas’adah dan Tiberias). Terletak di distrik Jalil. Kota ini dibangun Herodes Antipas di masa kekuasaan Romawi, dan para penyembah berhala di kota ini berhasil diyahudikan.

Kota Tiberias menjadi pusat penyebaran Talmud pasca kegagalan revolusi Barkochba (135 M melawan Romawi). Oleh sebab itu, kota Tiberias menjadi tempat penyeberangan orang yang berhaji dan markas rabbi-rabbi mereka.
Dikisahkan, salah seorang pemimpin Yahudi Spanyol bernama Don Joseph Nasi meminta izin pada Sultan Utsmani, Sulaiman A-Qanuni, pada tahun 1560 M untuk membangun kota ini dan menjadikannya pusat komunitas Yahudi. Hanya saja proyeknya ini gagal.
Kondisi ini bertahan hingga tahun 1740 M, ketika panglima Dhahir Umar dalam gerakan revolusinya menentang Daulah Utsmaniah berhasil membangun reruntuhan kota ini dengan bantuan Rabbi Abulivial Azmiri.
Dan sekarang, kota ini menjadi pusat perekonomian wilayah Jalil milik orang-orang Yahudi.*/Dr. Thariq As-Suwaidan, Ensiklopedi Yahudi Bergambar