Hidayatullah.com– Pakistan mendeportasi lebih dari 19.500 orang Afghanistan bulan ini, di antara lebih dari 80.000 yang telah pergi menjelang batas akhir 30 April, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pakistan mempercepat proses pengusiran migran tak berdokumen asal Afghanistan dan mereka pemegang izin tinggal sementara, dengan alasan tidak sanggup lagi menanggung kehadiran mereka.
Sebanyak 700 sampai 800 keluarga dideportasi setiap hari, kata pejabat pemerintahan Taliban Afghanistan. Dua juta orang lainnya diperkirakan akan dikembalikan ke Afghanistan dalam bulan-bulan mendatang.
Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar, hari Sabtu (19/4/2025), terbang ke Kabul untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat Taliban. Sejawatnya Amir Khan Muttaqi mengaku “sangat keprihatinan” dengan deportasi massal itu.
Sebagian dari orang Afghanistan di perbatasan mengatakan bahwa mereka dilahirkan di Pakistan setelah keluarganya melarikan diri dari konflik di negeri asal.
Lebih dari 3,5 juta orang Afghanistan tinggal di Pakistan, menurut badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk sekitar 700.000 orang yang hijrah menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021. PBB memperkirakan separuh dari para migran itu tidak berdokumen.
Pakistan memperpanjang batas waktu deportasi bagi migran Afghanistan yang tidak berdokumen selama sebulan, sampai 30 April.
Di perbatasan, pria dan wanita memasuki pintu terpisah, di bawah pengawasan petugas keamanan Pakistan dan Afghanistan. Sebagian dari mereka merupakan manula, ada seorang pria yang dibawa melintasi perbatasan dengan tandu, seorang lainnya terbaring di tempat tidur, lapor BBC hari Sabtu.
Truk-truk militer mondar-mandir mengangkat orang-orang tersebut dari perbatasan ke tempat penampungan. Mereka yang berasal dari provinsi yang jauh dari perbatasan akan tinggal di penampungan selama beberapa hari, menunggu transportasi yang akan memulangkan mereka ke kampung halamannya.
Orang-orang Afghanistan yang dipulangkan itu mendapatkan tunjangan antara 4.000 dan 10.000 Afghanis (£41 to £104) dari pemerintah Kabul, menurut Hedayatullah Yad Shinwari, seorang anggota komisi keuangan yang ditunjuk Taliban.
Deportasi massal ini memberikan tekanan signifikan pada infrastruktur Afghanistan yang rapuh, dengan ekonomi yang sedang krisis dan populasi yang mendekati 45 juta orang.
“Kami sudah menyelesaikan sebagian besar masalah, tetapi kedatangan orang dalam junlah sangat besar sekaligus seperti ini tentunya menimbulkan kesulitan,” kata Bakht Jamal Gohar, kepala urusan pengungsi Taliban di perbatasan.
Saleh, seorang ayah dari tiga anak perempuan, khawatir dengan kehidupan mereka di bawah pemerintahan Taliban. Putri-putrinya bersekolah di Punjab, Pakistan, tetapi di Afghanistan anak perempuan usia 12 tahun ke atas dilarang bersekolah.
“Saya ingin anak-anak bersekolah. Saya tidak ingin tahun-tahun mereka di sekolah menjadi sia-sia,” katanya Saleh.
“Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan,” tegasnya.
Seorang pria lain berkata kepada BBC, “Anak-anak kami tidak pernah melihat Afghanistan dan bahkan saya tidak tahu lagi seperti apa negeri itu sekarang. Mungkin butuh waktu setahun bagi kami untuk bisa mendapatkan tempat tinggal dan pekerjaan. Kami merasa tidak berdaya.”*