Hidayatullah.com–Seorang ekstrimis supremasi putih yang mengaku warga negara Australia bernama Brenton Tarrant –salah satu dari empat teroris—telah menjadi catatan sejarah buruk, dengan aksi pembantaian setidaknya 49 orang dan melukai 48 lainnya setelah melancarkan serangan teror brutal di dua masjid kembar –Masjid Linwood dan Masjid Al Noor– di pusat Kota Christchurch di Selandia Baru.
Sebelum memulai terornya, Tarrant menulis manifesto berlatar belakang anti-imigran berjudul ‘The Great Replacement’. Manifesto setebal 73 halaman ini menceritakan kekhawatiran akan hilangnya ras Eropa sebagai akibat dari masuknya imigrasi ke Selandia Baru.
Dalam manifesto pelaku yang dibagikan ke Twitter, pria kelahiran Australia, itu menyebutkan motivasinya ini terinspirasi oleh penembak lain termasuk Anders Breivik yang menewaskan 77 orang di Oslo, Norwegia pada 2011.
Pria yang berusia 28 tahun ini juga mengaku terinspirasi Darren Osborne, pria menyerang Masjid Findbury Park di London, Inggris, Juni 2017, yang kini divonis seumur hidup.
“Saya mendukung siapa saja yang menentang genosida etnis dan budaya. Luca Traini, Anders Breivik, Dylan Roof, Anton Lundin Pettersson, Darren Osbourne, dan lain-lain,” katanya dikutip The Guardian.
Baca: Teror di Masjid Selandia Baru, Pelaku mengaku ‘Tak Suka’ Orang Islam
Dia mengaku ‘tidak menyukai’ orang Islam dan membenci mereka yang telah pindah agama, dengan menyebut mereka ‘pengkhianat darah’.
Teroris ini awalnya ingin menargetkan masjid di Dunedin, selatan Christchurch, setelah menonton video di Facebook. Namun setelah itu berubah pikiran. Terutama setela dia melihat di Christchurch dan Linwood banyak gereja telah beralih menjadi masjid.
“Masjid-masjid Christchurch dan Linwood memiliki lebih banyak ‘penjajah’, katanya.
Pembunuh yang mengagumi Donald Trump sebagai ‘simbol identitas kulit putih’ ini memiliki pesan mendalam, setidaknya dia tulis dalam deretan panjang di senjata yang ia gunakan.
Misalnya, dalam senjata yang digunakan untuk membantai jamaah shalat Jumat itu, ada nama-nama tokoh dan beberapa pembunuh. Misalnya ada nama Anton Lundin-Petterson, seorang pembunuh berdarah dingin terhadap sejumlah siswa dan pengajar imigran muslim di Kota Trollhättan, Swedia tahun 2015.
Alexandre Bissonnette adalah pelaku teror dan penembakan secara brutal terhadap jamaah shalat di Masjid Kota Quebec, Kanada (2017). Juga nama “Luca Traini”.
Ada nama Marco Antonio Bragadin atau juga dikenal Marcantonio Bragadin (21 April 1523 – 17 Agustus 1571). Perwira dari Republik Venesia, yang memimpin perlawanan Venesia ketika Turki menyerang Siprus.
Juga nama Karl Martell (skt. 686 – 22 Oktober 741) merupakan pemimpin militer dan seorang pemimpin de facto di Kerajaan Franka dari tahun 718. Karl Martell dianggap pahlawan dalam The Battle of Tours (10 Oktober 732), perang penguasa Austrasia melawan tentara Umayyah pimpinan Abdurrahman Al-Ghafiqi, Gubernur Al-Andalus. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan bangsa Frank, terbunuhnya Al-Ghafiqi, Kemenangan Frank dalam pertempuran ini dianggap sebagai awal berdirinya Kekaisaran Karolingian dan dominasi Bangsa Frank atas Eropa, dan menurut sebagian sejarawan, dianggap penyelamat keberadaan Agama Kristen dari upaya penaklukan umat Islam di Eropa.
Perang Vienna (1683) adalah momen kegagalan penaklukkan Vienna, Ibu Kota Holy Roman Empire, dan sekaligus titik balik ekspansi militer Turki Utsmani di Eropa.
Yang tak kalah menarik, dalam manifesto Brenton Tarrant ada nama Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Walo Kota London Sadiq Khan dalam daftar nama “musuh bangsa-bangsa Eropa”.
Pelaku sangat jelas telah mempersiapkan pembantaian ini dengan rapi. Ia membawa banyak senjata didalam mobilnya. Bahkan begitu tiba di dalam, dan mulai melepaskan tembakan secara membabi buta, pelaku tampak tenang.
“Mari kita mulai pesta,” ujarnya sambil mendengarkan musik di panel dashboard mobilnya.
Khilafah Islam dan Perang Salib
Selama pembantaian itu, yang ia siarkan secara langsung di media sosial, Tarrant menggunakan senjata semi otomatif modifikasi berstandar militer AR-15 untuk melakukan aksinya.
Semua senjata digunakan, ditulis coretan-coretan berwarna putih, dengan nama-nama tokoh atau peristiwa penting, sebagai salah satu inspirasinya melakukan kejahatan.
Setelah ditelusuri, coretan-coretan itu mengungkapkan obsesi Tarrant terhadap para penyerang kanan jauh lainnya, dan skandal pelecehan seks Rotherham serta yang tidak kalah penting, tokoh-tokoh sejarah yang bertempur melawan Kekhalifahan Ustmani (Ottoman) – salah satu Negara Adidaya Islam pada saat itu, juga terkaiat Perang Salib.
Coretan-coretan itu, secara tidak langsun memberi gambaran pikiran di balik serangan teror paling mematikan yang pernah terjadi di Selandia Baru, salah satu negara dimana banyak imigran Muslim tinggal dengan damai.
Dailymail, hari Jumat (15/03/2019) membuat daftar nama-nama tokoh dan peristiwa penting, yang ditulis Brenton Tarrant dalam senjata yang digunakan untuk membantai jamaah shalat Jumat di Masjid An Noor. Nama dan peristiwa inilah yang ditengarai menjadikan Tarrant melakukan aksi teror.
- Dmitry Senvayin – seorang Laksamana Rusia yang bertempur dalam operasi-operasi melawan orang-orang Turki termasuk Perang Rusia-Turki (1787-1792) dan Perang Rusia-Turki (1806-1812).
- Serban Cantacuzino – Bekas Pangeran Romania yang merencanakan serangan dan menjarah Konstantinopel serta mengusir Kekaisaran Ottoman keluar dari Eropa.
- Marko Miljanov (dimana Tarrant salah eja) – Seorang jenderal Montenegro yang bertempur dalam beberapa serangan melawan Khilafah Utsmaniyah (Ottoman) dan mengkalim sendiri sebagai pemimpin yang cakap.
- Stefan Lazarević – Pangeran Serbia yang sebelumnya menjadi pendukung Khilafah Utsmaniyah, kemudian melepaskan negaranya dari kekuasan Islam, selanjutnya mendirikan negara sendiri.
- Edward Codrington – Laksamana Inggris dan kemudian menjadi Panglima yang berperang dalam Perang-Perang Napoleon. Dia juga berperang melawan Turki dan Mesir selama Perang Kemerdekaan Yunani, membantu Yunani merebut kemerdekaan dari Khilafah Utsmaniyah.
- Marco Antonio Bragadin – Perwira dari Republik Venesia, yang memimpin perlawanan Venesia ketika Turki menyerang Siprus.
- Ernst Rüdiger Starhemberg – Politisi Austria dan pemimpin Front Fatherland, sebuah organisasi fasis Austria. Dia pernah memiliki hubungan dengan Nazi dan Hitler.
- For Rotherham – Merujuk pada skandal pelecehan anak Rotherham, dimana beberapa pelakunya pria Muslim Pakistan-Inggris, yang diabaikan polisi.
- Alexandre Bissonnette – Seorang teroris pelaku penembakan Masjid Quebec pada Januari 2017. Sebanyak enam jamaah terbunuh dan 19 lainnya terluka setelah dia melepaskan tembakan di akhir shalat Jumat. Bissonnette saat ini sedang menjalani hukuman penjara seumur hidup.* >>>> (bersambung)>>> ada nama Charles Martel, pemimpin Perang Tours di Balat al Syuhada’