Hidayatullah.com | RASISME merupakan salah satu karakteristik Yahudi yang mengakar dan terdapat di semua level dan menguasai personal, lembaga maupun negara. Berawal dari klaim sebagai bangsa pilihan Tuhan yang mendapatkan keistimewaan perlindungan dan cinta.
Dilanjutkan dengan membuat syariat yang warnai rasisme Yahudi, kemudian beralih pada aturan kewarganegaraan yang sayaratnya adalah seorang harus memiliki ibu seorang Yahudi untuk mendapatkan status Yahudi, dan berakhir dengan undang-undang ketenagakerjaan serta memilih kelompok Yahudi (Ashkanazim) untuk mengisi jabatan negara.
Mereka kemudian mengucilkan orang Arab di ‘Israel’ di wilayah-wilalah permukiman tertentu dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang rendah, bukan karena suatu apa pun selain lantaran karena berdarah Arab meskipun mereka memiliki status warga negara ‘lsrael’.
Permusuhan
Bangsa Yahudi secara umum senang bermusuhan. Kesimpulan ini sesuai hasil sensus dan penelitian yang telah dilakukan. Semangat permusuhan ini tercermin banyak hal:
Pertama, tingginya tingkat pertengkaran dan perkelahian di antara para pelajar mereka.
Kedua, dukungan kelompok mayoritas Yahudi untuk membasmi orang-orang Arab di ‘Israel’ dan mengusir mereka
Ketiga, permusuhan berkesinambungan terhadap bangsa Palestina, utamanya saat mereka mampu mendemonstrasikannya. Ini didukung peristiwa pembantaian yang diperbuat tentara zionis di Masjidil Aqsha terhadap kaum muslimin.
Selain itu, permusuhan ini dilancarakan Yahudi secara kelembagaan dan terorganisir terhadap rakyat Palestina dan Arab. Di antara buktinya adalah berbagai agresi militer ‘Israel’ terhadap bangsa Arab, penjajahan wilalah-wilayah Palestina dan Arab yang sebagiannya masih terjajah sampai sekarang.
Demikian pula berbagai pembunuhan masal yang mereka lakukan. Beberapa aksi permusuhan Yahudi adalah:
- Di tahun 1967 M, Masjidil Aqsha Al-Mubarak dibakar oleh komplotan kriminal Yahudi dengan bantuan militer ‘Israel’.
- Pada tanggal 11 Juni 1967 M, penjajah ‘Israel’ merampas dan menghancurkan desa Mugharabah yang bersebelahan dengan dinding barat Masjidil Aqsha setelah memberi tempo 24 jam pada penduduk untuk meninggalkan desa ini yang mengakibatkan terusirnya 650 orang Arab dari desa Mugharabah. Dengan dihancurkannya desa Mugharabah, orang-orang Yahudi menguasai tembok barat Masjid -atau Tembok Buraq- yang dengan penuh kedustaan dan kepalsuan mereka menyebutnya “Tembok Ratapan”. Kemudian mereka memperluas wilayah ke sekitarnya.
- Juga sebanyak 3 ribu orang Arab telah diusir dari desa Syaraf yang setelah itu disebut “Desa Yahudi”
- Di awal tahun 1969 M, penjajah ‘Israel’ menghancurkan sejumlah masjid dan sekolah lslam yang didirikan di masa Daulah Umawiyah.
- Mereka juga membelah jalan di tengah-tengah pemakaman muslimin yang terletak di dekat Al-Quds Asy-Syarif. Mereka meratakan beberapa makam ini yang di antaranya adalah pemakaman Rahmah dan Yusufiyah. Di samping juga menduduki tempat-tempat lain di Al-Quds dan mengubahnya menjadi Kamp militer ‘Israel’.
- Di tahun 1976 M, sebanyak 40 yahudi menyerbu masjid dan melakukan ibadah di dalamnya. Namun demikian, pengadilan ‘Israel’ memberikan vonis bebas pada mereka semua.
- Pada tanggal 14 Januari 1989 M beberapa anggota Knesset melakukan aksi provokasi dengan membaca apa yang disebut “Muqaddasut Tarahhum”‘ di dalam Masjidil Aqsha.
- Di tahun 1982 M, 30 orang Yahudi anggota gerakan radikal Majusy Benhaim menerobos masuk Masjidil Aqsha setelah mengikuti perayaan agama yang diselenggarakan gerakan ini dengan klaim memperingati penyatuan Al-Quds.
- Pada tahun 1994 M, seorang Yahudi yang dengki bernama Baruch Goldstain menerobos masuk Masjid lbrahimi di Hebron, Tepi Barat, dan memberondongkan tembakan kepada jamaah shalat Subuh yang tengah berdiri di hadapan Rabb hingga menyebab- kan berpuluh-puluh orang gugur syahid dan terluka (sebanyak 29 warga Palestina gugur dan melukai 125 lainnya terluka di dalam masjid).

Setelah tragedi ini, pasukan penjajah melarang warga berkeliaran di jalan-jalan dan menutup masjid selama dua bulan yang sepanjang waktu ini warga Palestina mengalami penderitaan berat dan ujian besar. Namun korban justru dihukum, sedang pelaku kejahatan, Goldstain, diberi penghargaan dalam bentuk patung monumen. Para penjajah menganggapnya sebagai pahlawan yang patut diteladani dan menggelarinya “Qiddis” (orang suci).*/Ensiklopedi Yahudi Bergambar, Dr Thariq As-Suwaidan, Zamzam, Solo