Hidayatullah.com | SEORANG mahasiswi Program Studi Gizi di Universitas Darussalam Gontor melakukan riset berjudul “The Difference of Food Cooling Method Against the Amount and Type of Microorganisms”. Sebuah penelitian untuk mengetahui perbedaan jumlah dan tipe bakteri antara makanan yang ditiup, dikipas, dan didiamkan.
Latar belakang dilakukan penelitian ini adalah karena adanya hadits Rasullah ﷺ yang menyebutkan bahwa kita tidak diperbolehkan untuk meniup makanan, seperti dalam haditsnya yaitu:
أَنَّالنَّبِيَّ صَلَّى الَّلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الإنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ
Artinya: “Nabi ﷺ melarang bernafas di dalam gelas atau meniup isi gelas.” (HR: Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Sementara umat Islam wajib untuk mengikuti sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Karena apa-apa yang beliau lakukan pasti ada makna dan hikmah di dalamnya.
Di sisi lain, sebagai Muslim wajib mencari tahu makna di balik ajaran beliau. Hal itu juga disebutkan dalam Surat Al-Hasyr ayat 7 yang artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.”
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara makanan yang ditiup dengan yang dikipas dan yang didiamkan di ruang terbuka (p = 0,002). Ditemukan juga cemaran jamur yang diduga adalah spesies Candida sp. dan Saccharomyces sp. Berikut adalah beberapa contoh jamur yang tumbuh dari tiupan mulut.
Saat kita melakukan aktifitas yang melibatkan kegiatan mengeluarkan udara, seperti contohnya bernafas, berbicara, meniup, batuk, dan bersin, aktifitas tersebut akan menimbulkan partikel-partikel air yang ukurannya sangat kecil. Menurut beberapa penelitian disebutkan bahwa partikel-partikel tersebut mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dari <1μm sampai > 20 μm dan sekali kita bernafas, kita dapat menghasilkan sampai 7000 partikel.
Sedangkan jika ditilik dari ukuran rata-rata bakteri yaitu sekitar 0,2 – 2 μm, dan virus sekitar 17-300 nanometer, maka sangat mungkin jika mikroba-mikroba tersebut mencemari makanan kita melalui media partikel-partikel air yang kita produksi dari meniup makanan. Menurut Madigan (2009) bakteri yang sering ditemukan dalam pernapasan normal adalah Staphylococcus spp., Streptococcus spp., Corynebacterium spp., Haemophilus spp., and Neisseria spp.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh alumni gizi lainnya yaitu Lia Mustika (2018) yang hasil penelitiannya juga menunjukkan perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara media agar yang ditiup dan tidak ditiup. Penelitian yang dilakukan Dawson dkk (2017) juga menunjukkan bahwa kue ulang tahun yang ditiup menghasilkan 1400% lebih banyak bakteri dibandingkan dengan kue yang tidak ditiup.
Meniup makanan juga menimbulkan metabolism tubuh tidak seimbang karena ketika CO2 atau karbondioksida dari pernapasan kita bertemu dengan H2O (air) maka akan membentuk H2CO3 yang jika terlalu banyak akan menyebabkan tubuh berada dalam keadaan asidosis (Dewan, 2002).
Jadi alasan mengapa Rasulullah ﷺ melarang kita untuk meniup makanan, disebabkan karena hal tersebut dapat menyebarkan penyakit. Bayangkan jika seorang ibu atau pengasuh anak meniup makanan untuk anaknya, atau jika ada keluarga pasien yang meniup makanan sebelum disuapkan ke pasien yang rentan terkena penyakit (contohnya HIV), maka akan berbahaya sekali.
Dalam Islam, larangan Rasulullah ﷺ ini juga mengindikasikan beberapa hal, yaitu:
- Hilangnya keberkahan
Menurut Imam as-Shafrawi (2002):
وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ الطَّعَامَ الحَارَّ، وَيَقُوْلُ: عَلَيْكُمْ بِالطَّعَامِ البَارِدِ فَإِنَّهُ دَوَاءٌ، اَلاَ وَإِنَّ الْحَارَّ لاَ بَرَكَةَ فِيْهِ. وَعَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّفْخَ فِي الطَّعَامِ يُذْهِبُ البَرَكَةَ
“Rasulullah ﷺ tidak menyukai makanan panas dan pernah sekali beliau menyebutkan: “makanlah makanan yang sudah dingin, karena itu adalah obat dan ingatlah makanan panas tidak mempunyai berkah didalamnya.” Dalam narasi lain, Rasulullah berkata: meniup makanan akan menghilangkan barokah.”
- Mengubah rasa/ aroma dari minuman
- Mengindikasikan sifat terburu-buru, sedangkan itu adalah sifat setan
- Mengindikasikan sifat serakah dan sifat-sifat buruk lainnya
- Al-Munawi (1998) menjelaskan:
نَهَى عَنِ النَّفْخِ فِيْ الشَّرَابِ فَيُكْرَهُ، لأَنَّهُ يُغَيَّرُ رَائَحَةَ الْمَاءِ، وَعَنْ أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ، وَنَهَى أَيْضًا عَنِ الطَّعَامِ الحَارِّ لِيَبْرُدَ لأَنَّهُ يُؤْذِنُ بِشِدَّةِ الشَّرَهِ وَقِلَّةِ الصَّبْرِ.
“Rasulullah ﷺ melarang meniup minuman dan makanan, dan hal ini makruh, karena hal ini dapat mengubah aroma dari air, dan narasi dari Abi Sa’id al-Khudri juga menjelaskan bahwa larangan meniup makanan panas agar cepat dingin itu mengindikasikan sifat serakah dan tidak sabaran”.
- Mengindikasikan sifat tidak sabaran, sedangkan sabar adalah sebagian dari iman
- Menunjukkan sifat menjijikkan/ jorok
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dan berada dalam lindungan Allah. Aamin, wallahu a’lam bisshowab.* (Sumber: Prodi Gizi UNIDA)