SYEIKH ABU GHANAIM suatu saat datang ke majelis Syeikh Ahmad bin Ali Ar Rifa’i, seorang ulama sufi bermadzhab Asy Syafi’i. Saat itu Syeikh Ahmad duduk di antara para muridnya yang jumlahnya sepuluh ribu orang.
“Memujilah Allah atas apa yang diberikan kepadamu.” Kata Syeikh Abu Ghanaim.
“Nikmat itu banyak, namun apa yang engkau maksudkan itu?” Kata Syeikh Ahmad.
“Dengan tunduknya hati-hati kepadamu.” Jawab Syeikh Abu Ghanaim.
“Aku akan menderita kerugian bersama Fir’aun dan Haman jika terbesit di hatiku perasaan bahwa aku memiliki keutamaan daripada mereka (para murid,-pent).” Kata Syeikh Ahmad (Al Kawakib Ad Durriyah, 2/219).*