Hidayatullah.com– Kerja keras, doa orangtua dan guru-guru yang mendukung, tentu atas kehendak Allah, melahirkan buah keberhasilan ini. Dua pelajar SD Integral Luqman Al-Hakim PP Hidayatullah Surabaya, Erin Laily Fathima Rahmanto (12) dan Aldyto Rafif Abhinaya (11), meraih penghanghargaan kompetisi sains dan matematika tingkat internasonal.
Erin alias Eying meraih medali perak (silver) untuk bidang Sains SD dalam ajang Olimpiade Sains dan Matematika Tingkat Asia, Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary Schools (ASMOPS) International Competition 2017.
ASMOPS adalah Olimpiade Sains dan Matematika untuk Siswa SD, yang baru saja dilaksanakan di Pattaya, Thailand, 17-21 November 2017.
Di saat bersamaan, pelajar SD Luqman Al-Hakim lainnya, Aldyto, meraih Bronze Medal dalam ajang kompetisi MIPA internasional bertajuk International Mathematics and Science Olympiad (IMSO) pada 20-24 November 2017 di Singapura.
Baca: Santri Indonesia Berprestasi pada Musabaqah Internasional
Orangtua Eying, Ida Nurhidayati (35), mengaku bersyukur atas prestasi putrinya. Nurhidayati mengaku anaknya tak punya tips khusus menembus kompetisi internasional ini. Hanya saja katanya, Eying rajin bekerja sangat keras jauh sebelum ada Road to ASMOPS dimulai.
Misalnya, ungkapnya, Eying mulai mengerjakan dan menterjemahkan soal-soal berbahasa Inggris, latihan soal setiap hari, pembinaan intensif oleh ayahnya yang seorang guru sains.
“Dia berlatih secara teratur. Dan harus mengerjakan 40 – 50 soal setiap hari, rata-rata pelajaran reguler untuk SMP/SMA,” ujar Nurhidayati.
Menariknya juga, Nurhidayati tak menyangka anaknya bisa berangkat ke Thailand. Boro-boro terpikir menang, berangkat saja kesulitan transportasi.
Menurutnya, selain tidak punya ongkos, kesulitan kedua adalah paspor. Apalagi anaknya belum pernah pergi keluar negeri, sementara panitia mensyaratkan foto paspor harus sudah dikirim dalam 2 hari, berikut final registration fee.
“Sekilas saja hal itu sudah nyaris mustahil, karena pengurusan paspor paling cepat butuh waktu 7 hari. Horornya lagi, antrean kantor imigrasi penuh hingga 2 bulan ke depan. Tanpa paspor bisa dipastikan dia gagal berangkat. Dan kami tak bisa membayangkan raut kecewa wajah putri kami seandainya itu terjadi,” ungkap Nurhidayati awak hidayatullah.com melaporkan dari Surabaya, Rabu (29/11/2017).
“Jujur saja secara matematis kecil kemungkinan kami bisa memberangkatkan Eying. Pertama kami tak punya cukup uang untuk transportasi Jakarta – Surabaya PP sebanyak dua kali. Dan suami juga tidak mungkin meninggalkan kelas sesering dan selama itu. Untunglah Kepala Sekolah anak kami, Ustadz Adi Purwanto, membesarkan harapan, bahwa apapun yang terjadi semua akan berusaha memberangkatkan Eying ke Thailand,” tuturnya.
Yang tak kalah penting, ia bersyukur memiliki lingkungan sekolah dan guru-guru yang sangat mendukung. “Eying berhasil karena didoakan banyak orang, guru-guru, juga wali murid serta teman-temannya,” tambahnya.
Sementara Acil Eka Indiarto (37), ayah dari Aldyto, mengatakan, salah satu di antara faktor keberhasilan putranya adalah dukungan luar biasa dari Kepala Sekolah beserta ustadz dan ustadzah SD Luqman Al-Hakim, sehingga sang anak meraih prestasi di bidang matematika.
“Terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan kepada Aldyto juga atas doa dan bimbingannya. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan yang terbaik untuk Ustadz Adi dan para Ustadz /Ustadzah SD Luqman Al-Hakim,” ungkapnya.
Ia mengaku tak memiliki tips khusus pada anaknya. “Hanya berlatih mengerjakan soal-soal setiap hari yang berperan meningkatkan kemampuannya.”
“Namun saya merasa doa orangtua, mertua juga ustadz/ustadzah dan wali murid sangat berpengaruh dalam pencapaian Aldyto,” tambah Acil.

Menurut Aan Harinimiswari (wali kelas kedua siswa), Eying dan Aldyto itu memang dikenal istimewa hingga ia mengaku sering kewalahan menghadapinya.
“Memiliki siswa dengan kemampuan di atas rata-rata teman seusianya memang tidak mudah. Ada saja pertanyaan yang out of the box,” ujar Aan (35). Itulah yang dirasakan kedua siswanya yang kini bisa juara dalam ajang internasional.
“Pernah suatu ketika saya harus menjelaskan proses hujan buatan apabila bumi menjadi semakin panas akibat global warming, sedangkan tak ada awan yang terbentuk atau sudah matang untuk diinduksi menjadi hujan. Sering juga saya melihat ekspresi ‘I’m so done’ (saya sudah selesai/paham, Red) dari wajahnya ketika mendengar pertanyaan teman-temannya yang menurutnya amat mudah dan sederhana.”
Baca: Siswa Luqman al Hakim Jember Peroleh Perak di Olimpiade Matematika di Filipina
Namun Aan mengaku gembira, karena di lingkungan sekolahnya, SD Luqman Al-Hakim Hidayatullah bukanlah SD yang melulu bicara tentang peningkatan potensi kognitif siswa saja.
“Sebagai guru, prioritas kami adalah pembentukan akhlak mulia. Sehingga tak sulit rasanya memahamkan Eying (panggilan akrab Erin) mengenai akhlak terhadap orang lain. Eying tumbuh menjadi anak berprestasi tanpa mengerdilkan teman-temannya.
Selain itu, kegemaran kami yang sama memudahkan kami membangun rasa saling percaya, sehingga Eying merasa bebas bertanya ataupun mengungkapkan perasaannya, karena kami memiliki ‘bahasa’ yang sama,” tambahnya.
“Sebagai guru, saya hanya (berharap) mereka bisa tumbuh menjadi Muslim dan Muslimah tangguh dan bermanfaat bagi umat. Prestasi yang ditorehkan hari ini semoga menjadi awal yang baik bagi kemajuan umat, bukan menyulitkan umat,” pungkasnya.*