Hidayatullah.com– Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor bekerja sama dengan Institute for the Study of Islamic Though and Civilizations (INSISTS) mengadakan seminar nasional pemikiran dan peradaban Islam di aula INSISTS, Kalibata, Jakarta, penghujung pekan kemarin.
Sebelum acara dimulai, Sabtu (20/01/2018) itu, moderator seminar ini menjelaskan Progam PKU kepada para peserta.
Setelah itu, empat pemakalah dari PKU tampil mempresentasikan hasil kajiannya. Topik-topik yang dibawakan antara lain kritik konsep masyarakat tanpa kelas, pandangan Islam terhadap korupsi, kritik terhadap tafsir batini Syiah, dan kritik terhadap tafsir hermeneutika double movement Fazlur Rahman.
Pada topik kritik konsep masyarakat tanpa kelas, pemakalah Arif Afandi Zarkasyi mengkritik pemikiran Karl Marx. Dia menjelaskan, Marx berpandangan pertentangan ekonomi suatu masyarakat telah menciptakan suatu kesenjangan dan sebuah penindasan si kaya/pemilik modal/borjuis kepada si miskin/buruh/proletar.
Penindasan ini, lanjutnya, menurut Marx hanya akan bisa berakhir jika kelas masyarakat dihapuskan dengan sebuah revolusi kaum proletar.
Menurutnya, pemikiran Marx ini kontradiktif. Sebab ketika Marx berpikir akan selalu ada dialektika atau pertentangan antara kaum borjuis dan proletar, lalu Marx menginginkan terjadinya diktator proletar, maka konsekuensi logisnya kaum borjuis juga akan melakukan perlawanan saat mereka ditindas oleh diktator proletar.
“Apa yang terjadi? Tidak ada akhirnya,” ucapnya.
Baca: MIUMI DIY dan PKU Gontor Gelar Seminar Nasional “Pemikiran Islam Kontemporer”
Ini berbeda dengan konsep Islam, kata Arif. Prinsip keadilan dalam Islam, jelasnya, terdapat pada perintah membayar zakat. Si kaya diwajibkan membantu si miskin. Tujuannya agar disparitas/jarak sosial-ekonomi hilang.* Andi