Hidayatullah.com—Dihadapkan pada serangkaian kecelakaan fatal, Angkatan Udara Amerika Serikat memerintahkan armada udaranya tidak terbang selama satu hari guna menemukan masalahnya. Pekan lalu, sembilan orang tewas ketika sebuah pesawat Hercules jatuh di dekat Savannah, negara bagian Georgia.
US Air Force hari Selasa (8/5/2018) mengumumkan pihaknya akan menghentikan penerbangan semua pesawatnya selama satu hari dan diperiksa, menyusul serangakaian kecelakaan, yang menurut sebuah media militer telah merenggut nyawa 35 orang sejak Oktober 2017, lansir DW.
Guna memastikan kelangsungan operasi, setiap kesatuan akan menghentikan penerbangannya dan memeriksa pesawat-pesawatnya di hari yang berbeda.
“Kami tidak sanggup kehilangan seorang penerbang atau sistem persenjataan dikarenakan kecelakaan yang sebenarnya dapat dicegah,” kata Kepala Staf AU Jenderal David Goldfein dalam sebuah pernyataan.
Jet-jet tempur yang dipakai dalam misi di Suriah dan Iraq kemungkinan dikeculaikan, dan kru yang berwenang dapat memilih waktu yang sesuai untuk melakukan pemerikasaan, tetapi AU akan menyelesaikan keseluruhan inspeksinya pada 21 Mei. Goldfein juga mengatakan bahwa unit pasukan cadangan dan Garda Nasional memiliki waktu sampai tanggal 25 Juni untuk menuntaskan pemerikasaan.
Menurut Military News kecelakaan peenerbangan militer fatal saat ini telah mengukir rekor tertinggi dalam kurun enam tahun. Sepanjang tahun fiskal saat ini yang dimulai 1 Oktober 2017, menurut Military News telah terjadi 11 kecelakaan aviasi maut dan satu kecelakaan fatal di darat dengan korban tewas 35 orang.
Hercules WC-130 hari Rabu pekan lalu jatuh di dekat Savannah, Georgia dan menewaskan semua 9 orang di dalamnya. Pesawat kargo berusia 53 tahun itu kabarnya sedang melakukan penerbangan terakhir sebelum dipensiunkan.
Bulan lalu, seorang pilot dari tim elit Thunderbird tewas ketika pesawat F-16 yang dikemudikannya jatuh di Nevada.
Empat orang personel tewas dalam dua insiden helikopter Apache berbeda yang jatuh pada bulan Januari dan Maret.*