Hidayatullah.com–Pihak berwenang Turki menahan isteri Abu Omar Al-Shishani –tokoh senior ISIS alias Daesh yang tewas dua tahun silam– dalam operasi kontraterorisme di Istanbul bulan ini, kata pihak kepolisian Kamis malam (19/7/2018) seperti dilansir Reuters.
Dijuluki “menteri perang”, dan dikenal sebagai penasihat pimpinan ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi, Al-Shishani tewas dalam satu aksi ISIS di distrik Shirqat, selatan Mosul, Iraq pada bulan Juli 2016.
Isteri Al-Shishani merupakan satu dari lima orang yang diringkus patugas dalam sejumlah operasi penggerebekan simultan di Istanbul malam tanggal 4 Juli. Operasi itu menarget orang-orang yang diyakini memiliki koneksi dengan wilayah-wilayah konflik dan berusaha melakukan serangan, kata pihak kepolisian.
Identitas isteri Al-Shishani baru diketahui setelah wanita tersebut diinterogasi petugas selama beberapa hari. Petugas mendapati paspor milik wanita itu palsu. Mereka hanya mengidentifikasi perempuan tersebut dengan inisial SD.
Dia secara resmi ditahan pengadilan Istanbul pada 17 Juli 2018 dan dijebloskan ke penjara, kata polisi. Wanita tersebut miliki dua anak lelaki dari Al-Shishani, tetapi keberadaan anak-anak itu belum diketahui.
Menurut data pejabat Amerika Serikat, Al-Shishani dilahirkan pada tahun 1986 di Georgia, negara yang dulu bagian dari Uni Soviet. Dia pernah bergabung dengan pasukan Chechnya melawan militer Rusia. Dia kemudian masuk dinas militer negara Georgia merdeka pada 2006 dan ikut dalam peperangan singkat mereka melawan Rusia dua tahun kemudian, sebelum keluar dari ketentaraan dengan alasan medis.
Al-Shishani ditangkap tahun 2010 untuk kasus kepemilikan senjata dan meringkuk dalam penjara lebih dari setahun. Kemudian pada 2012 dia pergi meninggalkan Georgia menuju Istanbul, lalu pindah ke Suriah.
Dia memutuskan bergabung dengan ISIS di tahun selanjutnya dan bersumpah setia kepada khalifah ISIS Al-Baghdadi. Sebelum menemui ajalnya, Al-Shishani masuk daftar teroris paling dicari Amerika Serikat, yang menawarkan hadiah $5 juta kepada orang yang memberikan informasi keberadaannya sehingga dia dapat dienyahkan dari medan pertempuran.
Dikenal dengan sebutan “Si Chechen” Al-Shishani termasuk dari segelintir anggota ISIS yang memiliki latar belakang militer serta ratusan anak buah, kebanyakan dari negara eks-Uni Soviet, ketika dia naik daun menyusul pertempurannya tahun 2013 melawan pasukan rezim Assad di bagian utara Suriah.*