Rabu, 24 Agustus 2005
Hidayatullah.com–Pemimpin Malaysia mendesak agar para wanita membolehkan suami mereka berpoligami sebagai salah satu cara untuk membantu kaumnya agar tidak jadi ‘perawan tua,. Pernyataan ini disampaikan pemimpin partai Islam, PAS, Nik Abdul Aziz Nik Mat, Senin (22/8) kemarin.
Nik Azis yang berkomentar tentang dua kejadian yang berbeda yang melibatkan para isteri yang menyerang suami mereka ketika mereka mencoba menikahi beberapa wanita lain.
"Para isteri seharusnya komitmen membantu para wanita lain ‘yang akan menjadi perawan tua’ sampai matinya sebab… para pria yang menginginkan mereka telah terhambat untuk mengawini mereka," kata Nik Abdul Aziz yang dikutip media lokal setempat.
Pembantunya Anwar Bakri membenarkan komentar yang dibuat Aziz itu Sabtu (20/8). Nik Abdul Aziz, yang juga menteri besar negara bagian Kelantan, mengatakan "para isteri seharusnya memberikan kesempatan bagi suami mereka jika mereka memiliki kemampuan keuangan dan kemampuan untuk mengawini lebih dari satu wanita.
Islam mengizinkan seorang pria beristri empat, tetapi kebanyakan negara bagian Malaysia mengharuskan para pria memenuhi beberapa syarat mereka membutuhkan para wanita dengan berbagai syarat ketat sebelum mereka dapat menikahi lebih dari satu wanita.
Begitupun, program poligami telah menjadi kebutuhan di Malaysia, dimana hampir 60% jumlah populasi penduduk beragama Islam.
Awal bulan ini, wanita usia 53 tahun diduga memberikan campuran tepung asam berbahaya kepada suaminya yang berusia 30 tahun setelah suaminya menyampaikan keinginanan untuk menikahi wanita lain yang lebih muda dari usianya.
Wanita ditangkap dengan tuduhan berencana melukai dan dia dipenjara selama 20 tahun.
Nik Abdul Aziz, selain dikenal sebagai partai Islam di pemerintahan Kelantan selama 15 tahun, juga dikenal sebagai ulama yang zuhud,
Beberapa waktu lalu, dia sempat menasehati para wanita agar menghentikan pengunaan lipstik dan parpum yang yang berlebihan agar tidak mendorong terjadinya proses perkosaan.
Namun ungkapannya itu dianggap media massa -khususnya media massa asing-sebagai sikap yang fundamentalis.
Poligami memang bukan hal baru dan sebelumnya tak pernah ada masalah. Bahkan kebanyakan para kiai NU di Indonesia adalah penganut poligami. Masalah poligami di Indonesia muncul ketika masuknya wacana gender dan liberalisme yang datang dari Barat. (ap/wpd)