Hidayatullah.com–Pejabat senior Arab Saudi hari Jumat mengeluarkan pernyataan menegaskan laporan media yang akan melanjutkan proyek kanal untuk memisahkan Qatar di daratan alias akan menjadi sebuah pulau.
“Sebagai warga negara, saya tidak sabar untuk melihat detail tentang pelaksanaan proyek ‘Pulau Salwa’. Proyek bersejarah itu akan mengubah geografi kawasan itu,” kata penasehat senior Pangeran Mohammad Salman, Saud al-Qahtani, dikutip Reuters.
Pihak berwenang Qatar belum berkomentar tentang perkembangannya.
Qatar adalah negara kaya dengan kekayaan sumber daya tetapi saat ini menghadapi hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga.
Baca: Sebuah E-mail Bocoran, Dugaan Saudi Berencana Serang Qatar
Selama beberapa bulan terakhir, Qahtani telah menyebutkan proyek melalui Twitter. Namun, tweet pada hari Jumat disebut sebagai informasi terbaru tentang inisiatif ini.
Bagaimanapun, analis melihatnya hanya sebagai taktik Negara Arab pimpinan Saudi yang ditujukan untuk ‘menakut-nakuti’ Qatar.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, telah memutu hubungan diplomatik, perdagangan dan transportasi dengan Qatar pada Juni 2017, dengan senjata negara kaya itu mendukung kegiatan teroris.
Sikap empat Negara Teluk ini datang setelah Presiden AS, Donald Trump datang ke Jeddah saat pada 20 Mei 2017, guna menandatangani kerja sama bidang pertahanan senilai US$ 110 miliar (setara dengan Rp 1,466 triliun) dengan Raja Salman dari Arab Saudi.
Naskah kerjasama berisi persetujuan Arab Saudi untuk membeli peralatan militer dan menyewa firma konstruksi militer dari Amerika Serikat. Kerajaan Arab sepakat untuk membayar US$ 350 miliar (setara dengan Rp 4,7 triliun) kepada Negeri Paman Sam.
Laporan terkait kanal itu pertama kali dilaporkan di portal berita Sabq yang pro Saudi pada bulan April. Sumber yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Arab Saudi berencana untuk mengembangkan pangkalan militer dan tempat pembuangan sampah nuklir di dekat kanal sepanjang 60 kilometer.
Kanal biaya yang diperkirakan sebesar 2,8 miliar Riyal dilaporkan sebagai lebar 200 mete r dan kedalaman 20 meter.
Pada bulan Juni, surat kabar Makkah melaporkan ada lima perusahaan yang mengkhususkan diri dalam penggalian kanal diundang untuk mengajukan tawaran untuk proyek tersebut dan pemenang akan diumumkan bulan depan.
Pihak berwenang Saudi dihubungi namun menolak berkomentar dan tidak ada reaksi segera diberikan kepada Qatar atas rencana tersebut.
Sejak krisis pecah, perbatasan Qatar ditutup dan perusahaan penerbangannya dilarang menggunakan wilayah udara masing-masing Negara.
Upaya perdamaian yang dipimpin oleh Kuwait dan Amerika Serikat (AS) yang memiliki pangkalan udara terbesar di Qatar sejauh ini telah gagal menyelesaikan perselisihan, kutip AFP.*