Hidayatullah.com—Lebih dari setengah korban pencabulan oleh para rohaniwan gereja di Jerman adalah anak di bawah usia 13 tahun dan kebanyakan laki-laki, demikian menurut sebuah laporan teranyar yang mengkaji dokumentasi kasus yang terjadi selama lebih dari 60 tahun.
Sebuah studi yang digagas oleh Konferensi Uskup Jerman mengkaji 3.677 kasus pencabulan yang diduga dilakukan oleh para rohaniwan gereja di seantero negeri, lapor majalah Der Spiegel hari Rabu (12/9/2018) seperti dilansir DW. Universitas Giessen, Heidelberg dan Mannheim terlibat dalam penelitian itu, yang mengkaji kasus pelanggaran seksual yang melibatkan 1.670 dari tahun 1946 sampai 2014.
Laporan ini dipublikasikan di tengah-tengah munculnya tuduhan terhadap Gereja Katolik di seluruh dunia yang dituding menutup-nutupi kasus pencabulan oleh para rohaniwan.
Hasil studi menunjukkan korban pencabulan rohaniwan Katolik di Jerman kebanyakan adalah lelaki dan lebih dari setengahnya berusia 13 tahun ke bawah. Satu per enam kasus melibatkan aksi pemerkosaan dan tiga per empat kasus korban dan pelaku saling mengenal melalui gereja.
Uskup Stephan Ackermann atas nama Konferensi Uskup Jerman mengatakan bahwa tujuan dari studi itu adalah untuk menyoroti “sisi gelap dari gereja kita, demi kepentingan para korban dan juga bagi kepentingan kami sendiri guna melihat kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dan mengambil semua tindakan yang diperlukan guna mencegahnya terulang kembali.”
Laporan tersebut mewanti-wanti bahwa jumlah kasus yang sebenarnya melebihi dari apa yang disebutkan dalam hasil studi tersebut. Koran Die Zeit melaporkan bahwa para peneliti tidak diperbolehkan menelusuri kasus dengan melihat dokumen asli yang dimiliki gereja, melainkan mereka terbatas mengkaji berkas-berkas dan informasi yang hanya disodorkan oleh pihak keuskupan.
Tidak hanya itu, di dalam banyak kasus file berisi informasi tentang si penuduh banyak yang “dimusnahkan dan dimanipulasi” sehingga sulit bagi peneliti untuk mengkaji secara mendalam kasus pelanggaran seksual yang terjadi sesungguhnya.
Meskipun demikian, laporan itu menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk tidak meyakini bahwa pelanggaran seksual terhadap anak-anak oleh rohaniwan-rohaniwan Gereja Katolik benar terjadi. Pencabulan itu benar adanya terjadi di masa lalu dan terus kembali terjadi setidaknya sampai tahun 2014, batas akhir tahun cakupan penelitian.
Kasus pedofilia oleh pendeta Katolik di Jerman pertama kali mengemuka pada tahun 2010, ketika seorang kepala sekolah Yesuit di Berlin berbicara ke publik perihal pelanggaran seksual yang terjadi selama puluhan tahun di sekolah itu oleh para rohaniwan terhadap anak-anak didiknya. Pengungkapan ini memicu banyak korban lain dalam kasus yang melibatkan rohaniwan gereja ikut berbicara, sehingga menimbulkan kehebohan.*