Hidayatullah.com–Grand Syeikh Al-Azhar sekaligus Ketua Majelis Hukama al-Muslimin, Prof Dr Ahmad Muhammad ath-Thayyib pada kunjungannya ke Uzbekistan hari Sabtu kemarin mengatakan bahwa Al-Azhar berencana mengadakan muktamar ilmiah yang akan mengupas tentang tentang sosok Imam Abu Manshur al-Maturidi pada tahun depan.
Muktamar rencananya tersebut akan dihadiri oleh Majelis Hukama al-Muslimin, lembaga-lembaga keislaman dan para ulama Uzbekistan, kutip web resmi Al Azhar, azhar.eg.
Syeikh Ahmad Thayyib juga menjelaskan bahwa Imam Abu Manshur al-Maturidi yang terlahir di Samarkand, yang kini berganti nama menjadi Uzbekistan adalah salah satu ulama muslim pemikir besar, dimana beliau telah mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menjaga aqidah Islam serta menjawab syubhat-syubhat para atheis dan penganut paham materialisme.
Imam Abu Manshur menggabungkan antara argumentasi naqli dan ‘aqli. Ia juga dijuluki dengan Imam al-huda, ‘Alamul huda, Imam al-mutakallimin.
Syeikh Ahmad Thayyib menekankan bahwa Al-Azhar sangat berambisi untuk mengenalkan ummat akan peranan dan turots (kitab peninggalan) mereka, para ‘ulama kibar. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk pengenalan terhadap hakikat ajaran Islam yang toleran dan nilai-nilai Islam yang mengajarkan toleransi, dialog dan hidup damai.
Baca: Putra Aceh, jadi Imam Tarawih dan Tampil TV Samarkand Uzbekistan
Syeikh Ahmad Thayyib juga menjelaskan bahwa mereka telah melawan pemikiran yang melenceng dan takfiri pada masa-masa awal, sebagaimana mereka juga melawan atheisme. Mereka juga memberikan berbagai macam argumen untuk memberi kesimpulan bahwa Islam selalu ada pada setiap nilai-nilai kebaikan manusia.
Kunjungan Grand Syeikh yang terjadi atas undangan resmi Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyef tersebut merupakan kunjungan kedua dari rentetan kunjungan Grand Syeikh yang diawali dari kunjungannya ke Kazakhstan pada hari Rabu seminggu yang lalu.
Imam Al-Maturidi dilahirkan di Maturid, sebuah pemukiman di Kota Samarkand (sekarang termasuk wilayah Uzbekistan) yang terletak di seberang sungai. Di bidang ilmu agama, ia berguru pada Abu Nasr al-‘Ayadi and Abu Bakr Ahmad al-Jawzajani. Ia banyak mengupas ajaran-ajaran Mu’tazilah, Qarmatiyyah, dan Syi’ah. */Auliya