Hidayatullah.com– Satu orang tewas di Sri Lanka ditusuk gerombolan massa yang menyerang masjid dan toko-toko milik Muslim setelah pecahnya kerusuhan anti Muslim di Sri Lanka pada hari Senin (13/05/2019).
Seseorang pria berusia 45 tahun ini meninggal saat dilarikan dengan luka tusuk ke sebuah rumah sakit di distrik Puttalam selama kerusuhan yang dimulai hari Ahad (13/05/2019). Kerusuhan ini dimulai dari tiga distrik di utara ibukota, kata seorang pejabat polisi kepada AFP.
Polisi mengatakan ada insiden sporadis gerombolan melempar batu dan membakar toko, sepeda motor dan mobil milik umat Islam. Di kota Hettipola, setidaknya tiga toko dibakar.
Di kota Minuwangoda, di utara Kolombo, sebuah hotel milik Muslim dan sebuah masjid diserang oleh gerombolan pelempar batu yang dipersenjatai dengan tongkat.
“Beberapa toko telah diserang,” kata seorang perwira polisi senior kepada AFP. “Ketika massa mencoba menyerang masjid, kami menembak di udara dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka.”
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe memberlakukan jam malam untuk mencegah kelompok-kelompok tak dikenal mengacaukan negara dengan mengatur kekerasan komunal.
“Di beberapa tempat di Provinsi Barat Laut, kelompok-kelompok ini menciptakan masalah, merusak properti,” kata Wickremesinghe dalam pidato yang disiarkan televisi kepada negara itu.
“Polisi dan pasukan keamanan telah mengatasi situasi ini, tetapi kelompok-kelompok (yang tidak dikenal) ini masih berusaha menciptakan masalah.”
Wickremesinghe mengatakan kerusuhan itu akan menghambat penyelidikan atas serangan 21 April yang menargetkan tiga gereja dan tiga hotel mewah.
Dikutip dari situs berita CBC.CA, kaca berserakan di Masjid Abbraar di kota Kiniyama yang diserang semalam (13/05/2019). Semua jendela dan pintu gedung merah muda yang lembut itu hancur dan salinan Al-Qur’an dilemparkan ke lantai.
Seorang pejabat masjid mengatakan serangan itu dipicu ketika beberapa orang, termasuk beberapa biksu Buddha, menuntut penggeledahan bangunan utama setelah tentara memeriksa danau seluas 43 hektare di dekatnya.
Pihak berwenang menduga danau dan sumur digunakan sebagai tempat persembunyian untuk menyembunyikan senjata.
Seorang pria berusia 34 tahun yang berada di masjid mengatakan sekitar 150 hingga 200 orang datang ke masjid dengan tongkat dan pedang pada hari Ahad, tetapi kaum Muslim yang berada di masjid membujuk mereka untuk pergi dengan bantuan polisi.
Kemudian orang banyak itu masuk ke masjid dan menggeledahnya, kata saksi.
“Mereka menghancurkan dan membakar Al-Qur’an, memecahkan setiap jendela dan pintu kaca dan mengencingi tempat penyimpanan air yang digunakan umat Islam untuk berwudhu,” katanya.
Juru bicara kepolisian Gunasekera tidak menanggapi permintaan komentar atas insiden tersebut. Namun dalam pernyataan yang dikirim melalui email, dia mengatakan ada beberapa kerusakan properti di daerah Hettipola di distrik Kurunegala, tetapi tidak ada korban luka yang dilaporkan.* Rofi Munawwar