Hidayatullah.com—Berita mundurnya Tri Rismaharini dari jabatan Wali Kota Surabaya beberapa hari ini telah menyita perhatian masyarakat Indonesia, termasuk teman-teman dekatnya.
Pasca pernyataannya akan mengundurkan diri, pemberitaan Wali Kota kelahiran Kediri, 20 Oktober 1961 yang dikenal berpendirian dan pekerja keras ini menyita halaman media.
Beberapa teman dekat Risma meyakini, mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Surabaya itu akan tegar menghadapi semua masalah dan tekanan yang sedang menimpanya.
“Saya banyak bekerja dengan beliau. Sebelumnya, dalam usaha pelengseran (impeachment) terhadapnya di tahun 2011, saya lihat beliau orang yang sangat tegar dan kuat. InsyaAllah, pasti bisa melewatinya, “ ujar Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Isa Ansori kepada hidayatullah.com, Selasa (18/02/2014).
Isa bercerita, saat mengawali sebagai Wali Kota, pejabat di DPRD pernah berusaha untuk mendepaknya dari jabatan Wali Kota Surabaya. Bahkan pada bulan Januari 2011, Ketua DPRD Surabaya Whisnu Wardhana berusaha menggunakan hak angketnya untuk menurunkan Risma dari posisinya sebagai Wali Kota.
Namun kala itu, dia banyak didukung teman-teman dekat dan setia yang dikenal meliliki komitmen membantunya.
Isa yang mengaku telah berteman lama sebelum Risma menjadi Wali Kota sangat mengenalnya sebagai seorang pekerja yang tulus.
Pria yang juga Ketua Hotline Pendidikan Surabaya, lembaga nirlaba yang membidangi advokasi, riset, dan pendampingan psikososial bagi pelaku dan korban anak berhadapan dengan hukum terkait proses pendidikan ini hingga kini masih tetap bersama-sama melakukan kerja sosial bersama Risma di tengah kesibukannya menjadi Wali Kota Surabaya.
“Beberapa kali kami diajak mendampingi razia Anak Baru Gede (ABG) yang menjadi korban trafficking, ABG pacaran dan masalah prostitusi, hingga jam 03.00 dinihari. Bahkan pernah sampai Subuh,” ujar Isa.
Meski pekerjaan ini bisa dilakukan Kepala Dinas atau Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), tapi justru ia kerjakan hingga tuntas.
“Dia bahkan menunggui sendiri sampai mendatangkan orangtua para ABG tersebut. Baru setelah selesai ia tinggalkan.”
Hanya saja, menurut Isa, kerja kerasnya seperti itu belum tentu bisa diimbangi bawahannya. Kemungkinan menurut Isa, banyak lahir orang yang pura-pura baik dan pura-pura mampu di sekitar dia. Nah, menurut Isa, hal terakhir inilah yang seharusnya diperhatikan Risma.
Tak Baca Koran
Sementara itu, seorang wartawan senior Surabaya yang dikenal dekat dengan Risma mengatakan ia adalah satu-satunya pejabat unik yang jarang baca koran atau mengikuti gegap gempita media massa.
“Setahu saya, dia jarang baca Koran atau mengikuti keributan berita di TV,” ujar wartawan yang tak mau disebutkan identitasnya ini.
“Yang menarik, jika ada hal-hal penting dalam gonjang-ganjing berita, dia menelpon dan minta klipingan-nya. Itupun jika berita itu dinilai benar-benar penting baru dia baca, “ tambahnya.
Menurutnya hal itu dilakukan karena dia lebih suka bekerja daripada sibuk mengamati pemberitaan.
Saat ditanya pendapatnya dengan sikap dan keinginan Risma untuk mundur, ia tidak mau berspekulasi. Namun yang jelas, menurutnya, ia melihat ada banyak kemungkinan kejutan beberapa bulan ke depan terkait Risma.*