Hidayatullah.com–Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, kembali mendesak agar lokalisasi Dolly di Kota Surabaya segera ditutup. Menurut pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut, penutupan Dolly lebih cepat justru lebih baik. “Bagi kami, penutupan Dolly itu lebih cepat justru lebih baik karena persoalan ini demi kemaslahatan semua,” katanya, di Surabaya, Senin (25/10). Meskipun menginginkan percepatan penutupan lokalisasi yang konon dianggap sebagai lokalisasi terbesar di kawasan Asia Tenggara itu, dia tidak ingin dilakukan secara sporadis.“Kami tetap akan memberikan jalan keluarnya bagi para penghuni Dolly. Kalau pun butuh pelatihan, kami siap memfasilitasinya. Demikian juga dengan permodalan,” kata Wagub, seusai membuka rapat kerja Lembaga Pendidikan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I). Ia tak ingin persoalan ini berkembang menjadi polemik di media massa yang seoal-olah Gubernur Jatim Soekarwo berhadapan dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.“Jangan dihadap-hadapkan gubernur dan wali Kota. Pada dasarnya kami memiliki tujuan akhir yang sama dalam menangani Dolly itu,” kata mantan menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal itu. Seperti diberitakan, Saifullah sejak beberapa lalu telah meminta agar Dolly ditutup. Beberapa hari lalu, Gubernur Jatim, Soekarwo, pun mendesak agar penutupan lokalisasi Dolly segera dilakukan. Namun, karena yang memiliki wewenang adalah Pemkot Surabaya, maka pihaknya akan memberi dukungan dan bantuan jika diminta agar lokalisasi Dolly tak lagi eksis di Surabaya. Takut dosa Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo pernah mengatakan dirinya harus bertanggung jawab secara moral untuk menutup lokalisasi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara tersebut. Rasa tanggung jawab ini dilakukan, mengingat khawatir jika nanti meninggal, di akhirat ia akan ditanya malaikat mengapa semasa menjabat Gubernur membiarkan praktik prostitusi. “Saya tidak mau tak bertindak dengan membiarkan lokalisasi Dolly. Ini lebih sebagai bentuk tanggung jawab saya sebagai pemimpin, dan saya tak mau hal itu menjadi beban di akhirat nanti,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Grahadi, Rabu (20/10). Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma, menolak menutup Dolly. Dia mengaku menyiapkan “jurus rahasia” untuk menangani persoalan pekerja seks komersial (PSK) dan rencana penutupan Lokalisasi Dolly. “Saya sudah bertemu gubernur, dan saya sampaikan bahwa tak bisa lokalisasi Dolly ditutup,” ujar Risma, panggilan akrab Tri Rismaharini, Ahad (24/10), di Surabaya.Namun menurut Gus Ipul, Pemprov Jatim menghormati langkah-langkah yang akan ditempuh Pemkot Surabaya dalam mengatasi lokalisasi yang berada di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, itu. “Bagus saja memang, kalau pembatasan (jumlah pelacur Dolly) itu dilakukan dengan melarang pengelola merekrut PSK baru lagi. Hal itu arahnya juga pada penutupan,” kata Wagub. Namun, dia kembali menegaskan bahwa semakin cepat lokalisasi itu ditutup, maka semakin cepat pula upaya pencegahan wabah HIV/AIDS di Jatim itu terlaksana. “Soal target, kapan lokalisasi itu harus ditutup, sejauh ini kami tidak pernah menetapkannya. Bagi kami, lebih cepat justru lebih baik,” katanya.[sur/ant/hidayatullah.com]