Hidayatullah.com—Jumlah warga Suriah yang melakukan bunuh diri meningkat signifikan pada tahun 2020; baik di wilayah yang dikelola oleh rezim dan pejuang oposisi, situs berita Arabic Post melaporkan pada Selasa (03/11/2020).
Situs tersebut mengutip sumber-sumber organisasi kemanusiaan, kelompok bantuan dan lembaga pemerintah yang semuanya menghubungkan peningkatan bunuh diri dengan kondisi kehidupan yang sulit, meningkatnya penyakit mental serta masalah sosial.
Seorang aktivis hak asasi manusia di provinsi barat laut Idlib yang dikuasai oposisi, Muayyad Al-Hussein, mengatakan sebanyak 18 kasus bunuh diri dan 18 percobaan bunuh diri tercatat di Idlib dan kamp-kamp pengungsi di perbatasan sejak awal tahun hingga November.
Al-Hussein menjelaskan bahwa mayoritas kasus disebabkan oleh tekanan mental, kekerasan dalam keluarga; terutama kekerasan berbasis gender atau hubungan perkawinan tidak sehat yang menyebabkan perempuan mengakhiri hidup mereka.
Seorang pekerja bantuan di Idlib, Bakar Hamidi, mengatakan organisasi kemanusiaan dan medis harus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit mental yang pada akhirnya menyebabkan bunuh diri, menambahkan bahwa kesempatan kerja harus tersedia bagi kaum muda dan pencari nafkah agar mereka dapat menafkahi keluarga mereka.
Sebanyak 132 kasus bunuh diri dilaporkan terjadi di wilayah rezim sejak awal tahun hingga November, kata seorang staf medis di ibu kota rezim, Damaskus. Berbicara dengan syarat anonim, dia menambahkan bahwa dalam 82 kasus, mayat ditemukan digantung, sementara penembakan, keracunan dan melompat adalah cara bunuh diri paling umum berikutnya di daerah tersebut.
Aleppo mencatat jumlah kasus bunuh diri tertinggi pada 2020 dengan 33 kasus, delapan di antaranya perempuan, disusul Damaskus dengan 27 kasus.*