Hidayatullah.com–Menyusul desakan suara publik lewat daring, nama-nama badai yang mendatangkan angin disertai hujan dan petir serta salju di Jerman akan diberikan nama yang lebih beragam untuk mencerminkan keberagaman etnis di negara itu.
Dilansir Associated Press Selasa (5/1/2021), aliran udara di area bertekanan rendah yang mengundang suhu dingin, awan gelap, dan salju ke Jerman belum lama ini sudah diberi nama ‘Ahmet’, nama populer di kalangan anak lelaki keturunan Turki.
Badai-badai lainnya akan diberi nama tradisional orang lelaki Arab, Kurdi, Yunani seperti Cemal, Goran, Hakim dan Dimitrios.
Sementara itu, aliran udara di daerah bertekanan tinggi yang menghampiri Jerman awal tahun ini akan dipanggil dengan nama Bozena, Chana, atau Dragica, yang merupakan nama tradisional kaum wanita Polandia, Hebrew dan Slavik Selatan.
Di Jerman, pemberian nama badai bukan semata hak pakar meteorologi. Warga biasa dapat berpartisipasi dengan membayar antara €240 dan €360, tergantung anginnya di daerah tekanan rendah atau tinggi.
Dalam upaya penamaan cuaca lebih lintas budaya, New German Media Makers, asosiasi jurnalis dengan latar belakang beragam, sudah membeli sejumlah badai sejak awal 2020.
Proyek yang disosialisasikan secara daring dengan tagar #wetterberichtigung (#WeatherCorrection) itu merupakan inisiatif simbolis agar keberagaman etnis di Jerman lebih tampak di masyarakat.
“Sejauh ini, cuaca kita kebanyakan menggunakan nama Jerman, meskipun kenyataannya sekitar 26 persen orang di Jerman memiliki akar migran,” kata Ferda Ataman, pimpinan kelompok itu.
Badai tekanan rendah dan tinggi di Jerman pada tahun 2021 tetap akan menampilkan nama-nama tradisional negeri itu seperti Reinhard, Volker, dan Margarethe.
New German Media Makers juga sedang melobi agar ditetapkan kuota bagi jurnalis kulit berwarna atau dari keturunan migran. Kelompok itu memperkirakan saat ini hanya 5 sampai 10 persen reporter dan editor yang memiliki akar migran bekerja untuk media Jerman.*