Hidayatullah.com–Polisi anti huru-hara di Belanda kembali bentrok dengan demonstran penentang jam malam yang diberlakukan guna meredam penyebaran coronavirus.
Sejak akhir pekan kemarin warga di berbagai kota turun ke jalan menolak pemberlakuan jam malam. Sejauh ini 150 orang sudah diamankan dalam aksi protes yang berlangsung sejak hari Sabtu, lapor media setempat seperti dilansir BBC Selasa (26/1/2021).
Di Rotterdam, polisi melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata, setelah perintah daruurat yang dikeluarkan oleh walikota gagal membubarkan demonstran.
Kerusuhan dimulai akhir pekan lalu ketika sebagian warga menentang pembatasan Covid-19 yang beru diberlakukan.
Perdana Menteri Mark Rutte mengecam aksi tersebut dan menyebutnya sebagai aksi kekerasan kriminal.
Hari Senin kekerasan tampak terjadi di beberapa kota di Belanda. Polisi bentrok dengan para demonstran di Amsterdam, Rotterdam, Amersfoort dan Geleen.
Pengunjuk rasa menyalakan api di jalan kota Den Haag, di mana polisi bersepeda berusaha membubarkan sekumpulan kecil pria yang melempar batu dan petasan, lapor jurnalis BBC di sana.
Sejumlah penangkapan dilakukan di Amsterdam setelah ada laporan demonstran melakukan lebih banyak kerusakan.
Di Rotterdam, polisi menggunakan water cannon ketika terjadi bentrokan polisi dengan para pembuat onar, lapor lembaga penyiaran nasional NOS.
Walikota telah menandatangani surat keputusan darurat, memberikan kewenangan luas kepada polisi untuk melakukan penangkapan.
Penggemar klub sepakbola Willem II turun ke jalan di Tilburg dengan alasan untuk “melindungi kota mereka” dari pembuat onar, lapor situs berita lokal Brabants Dagblad.
Kerusuhan yang terjadi pada hari Ahad disebut Kepolisian Belanda sebagai yang terburuk selama 4 dekade terakhir.
Polisi menangkap sekitar 250 orang di berbagai penjuru negeri.
Sebuah pusat pemeriksaan Covid-19 dibakar pada hari Sabtu malam di desa Urk di bagian utara Belanda, kata pihak berwenang setempat.
Polisi menangkap seorang pria berusia 39 tahun di Almere pada hari Sabtu karena mengeluarkan pesan bernada ancaman tentang para jurnalis online, lapor kantor berita ANP.
Walikota sejumlah daerah berjanji akan memberlakukan keadaan darurat jika situasi semakin memburuk.
“Ini tidak dapat dibiarkan. Semua orang normal akan menganggap situasi seperti ini menakutkan,” kata PM Belanda kepada para reporter.
“Apa yang memotivasi orang-orang ini tidak ada kaitannya dengan protes, itu tindakan kekerasan kriminal dan kami akan memperlakukannya demikian,” tegas PM Rutte.
Beberapa hari lalu pemerintah Belanda memberlakukan kebijakan paling keras sejak awal pandemi, termasuk jam malam yang berlaku Mai pukul 21.00 samai 04.30. Jam malam ini merupakan yang pertama kali dilakukan di Belanda sejak Perang Dunia Kedua.
Siapa saja yang kedapatan melanggar jam malam dikenai denda €95.
Bar dan restoran di negeri kincir angin itu sudah diperintahkan tutup sejak Oktober tahun lalu, sedangkan sekolah dan toko penjual barang non-esensial ditutup sejak bulan lalu.
Penerbangan dari Inggris, Afrika Selatan dan Amerika Selatan dilarang masuk karena khawatir coronavirus varian baru akan masuk ke Belanda.*