Hidayatullah.com—Menteri Luar Negeri menuding Rusia menggunakan vaksin Covid-19 buatannya, Sputnik V, sebagai alat diplomasi agresif.
Jean-Yves Le Drian mengkontraskan banyaknya liputan perihal pengiriman Sputnik V ke Tunisia belum lama ini dengan pengiriman vaksin lewat inisiatif COVAX dukungan PBB (WHO) yang jumlahnya lebih besar.
Dia juga mengkontraskan pengiriman vaksin COVAX dengan pengiriman vaksin Sinopharm China ke Senegal.
Dilansir AFP Sabtu (27/3/2021), kepada Info Radio Le Drian mengatakan bahwa Rusia mengumumkan dengan “banyak sorotan media” bahwa negara itu akan mengirimkan 30.000 dosis vaksin ke Tunisia.
Padahal ketika itu, kata Le Drian, COVAX sudah mengirimkan 100.000 dosis ke Tunisia.
Pabrik pembuat Sputnik V hingga saat ini belum mendapatkan otorisasi untuk memasarkannya di Uni Eropa, meskipun sejumlah negara di Eropa sudah melakukan pengkajian data tes efikasi vaksin buatan Rusia tersebut.*