Hidayatullah.com—Pemimpin oposisi terbesar di parlemen Turki Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kilicdaroglu menuntut jawaban dari Perdana Menteri Erdogan soal peringkat kecelakaan kerja Turki yang tertinggi di Eropa dan mengecam pernyataan Erdogan yang menganggap kecelakaan kerja sebagai hal biasa.
Kilicdaroglu mengecam Erdogan saat berkunjung ke distrik Soma di Provinsi Manisa, tempat terjadinya ledakan di tambang batu bara yang menewaskan sedikitnya 284 orang hari Selasa (13/5/2014).
“Perdana menteri pertama-tama harus memikirkan mengapa Turki menduduki peringkat teratas di Eropa dan ketiga di dunia dalam hal kecelakaan kerja. Bukankah semua negara itu memiliki “sifat” yang sama juga,” kata Kilicdaroglu menyinggung pernyataan Erdogan saat pertama kali menanggapi peristiwa di Soma yang dikatakannya sebagai kecelakaan akibat sifat pekerjaan itu sendiri.
Pada hari Rabu (14/5/2014) atau sehari setelah terjadi ledakan di Soma, Erdogan mengatakan bahwa kecelakaan terjadi di setiap tempat kerja termasuk di tambang batu bara, sehingga orang tidak perlu ada yang terkejut ketika peristiwa itu terjadi.
“Kecelakaan-kecelakaan seperti ini adalah hal yang selalu terjadi. Tolonglah, kita seharusnya tidak berpikir apa yang terjadi di pertambangan batu bara ini mustahil. Ini adalah hal biasa. Ada istilah yang namanya ‘kecelakaan kerja’. Ini tidak hanya terjadi di pertambangan, tetapi juga di tempat-tempat kerja lainnya,” kata Erdogan setelah mengunjungi lokasi tambang.
Menanggapi pernyataan Erdogan itu, Kilicdaroglu berkata, “Di negara-negara Eropa juga ada tambang batu bara, tetapi mereka tidak fatal [seperti Turki], kenapa?”
Lebih lanjut tokoh oposisi itu berkata, “Para penambang yang memasuki tambang menggunakan kartu. Jumlah penambang yang ada di dalam tambang seharusnya jelas. Sekarang, tidak diketahui ada berapa banyak orang yang masih di dalam. Itu kenapa orang-orang mengatakan bahwa ada pekerja yang tak berasuransi dan pekerja di bawah umur yang bekerja di tambang itu.”
Pertambangan batu bara di Soma termasuk yang terbesar di Turki. Setelah diswastanisasi akhir tahun 1970an, saat ini sekitar 6.500 orang bekerja di tambang itu.
Dalam konferensi pers hari Jumat (16/5/2014), Ali Gurkan pimpinan Soma Holding yang mengelola pertambangan itu mengakui bahwa di dalam tidak ada tempat yang bisa dipakai pekerja untuk berlindung sementara jika terjadi kecelakaan.
Sekitar 18 orang dilaporkan masih terjebak di dalam lorong-lorong tambang batu bara itu.*