Hidayatullah.com—Sekitar seperempat dari empat juta penduduk Bosnia hidup tanpa air bersih dan ranjau darat sisa perang mengancam nyawa mereka, setelah banjir besar terburuk dalam 120 tahun terakhir mulai melanda wilayah Balkan beberapa hari lalu.
Menteri Luar Negeri Zlatko Lagumdzija mengatakan, kehancuran yang ditimbulkan banjir tersebut “sangat mengerikan” dan dia membandingkannya dengan akibat perang Bosnia-Serbia tahun1992-1995.
Sedikitnya 35 orang dilaporkan tewas di Bosnia dan Serbia akibat banjir yang disebabkan hujan besar dan berlangsung lama itu.
Korban-korban lainnya diharapkan akan ditemukan setelah air menyusut.
“Akibat banjir ini sangat mengerikan,” kata Lagumdzija dalam sebuah konferensi pers dikutip BBC Senin (19/5/2014).
“Kerusakan fisiknya tidak kurang dari kerusakan akibat perang,” imbuhnya.
Menurut Lagumdzija, lebih dari 100.000 rumah dan bangunan lainnya tidak lagi dapat digunakan dan infrastruktur jalan rusak parah.
Sekitar 2.000 longsor terjadi, sebagian besar di ladang-ladang ranjau bekas perang. Hampir 120.000 ranjau darat belum meledak masih tersisa dari perang Serbia-Bosnia di 9.400 ladang ranjau yang sudah ditandai. Banyak penanda bahaya wilayah ranjau yang lenyap.
“Kami menghadapi masalah dan bencana terbesar setelah perang,” kata Ahdin Orahovac, direktur Mine Action Center untuk wilayah Bosnia, salah satu lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan ranjau.
“Semua tanda peringatan ranjau kami telah hanyut. Kami harus memperingatkan penduduk setempat agar mereka tidak tergesa-gesa kembali ke rumahnya, karena banyak rajau darat yang sekarang berpindah ke tempat baru,” imbuh Orahovac.
“Di masa perang banyak orang kehilangan segalanya. Sekarang, lagi-lagi mereka tidak punya apa-apa,” kata Lagumdzija.
Pejabat pertahanan sipil Bosnia mengatakan, sebanyak 500.000 orang telah dievakuasi dari rumah-rumah mereka.
Helikopter penyelamat dari Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia membantu evakuasi korban.
Wilayah timurlaut Bosnia dilaporkan sebagai wilayah yang paling parah, di mana rumah-rumah, jalanan dan rel kereta terendam banjir.
Di kota Orasje, upaya tanpa henti dilakukan guna mencegah luapan air dari Sungai Sava melewati pembatas-pembatas sungai yang rusak.
Komandan petugas darurat di kota itu, Fahrudin Solak, mengatakan mayat dan bangkai hewan yang tenggelam saat ini menjadi ancaman kesehatan serius.
Meskipun di sejumlah daerah air sudah mulai surut, gelombang banjir baru dari Sungai Sava mengancam pembangkit listrik terbesar di Serbia, Nicola Tesla, yang berjarak 30 kilometer arah baratdaya dari ibukota Beograd. Kompleks pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di kota Obrenovac itu menghasilkan setengah produksi listrik Serbia.*