Hidayatullah.com–Pernyataan ini disampkaikan Menteri Kebudayaan Irak Nuri Farhan al-Rawi Kamis, (23/6) di Paris, kemarin. "Kami telah mengajukan permintaan yang layak itu pada atase kebudayaan Amerika," kata al-Rawi pada delegasi konferensi UNESCO mengenai barang kebudayaan yang dicuri atau diekspor secara tidak sah.
Pada saat ini, sebagian besar dari istana Saddam diduduki oleh tentara Amerika dan Inggris dari pasukan pendudukan di Iraq, kata al-Rawi.
Konferensi dua hari itu berkaitan terutama dengan perampasan yang berlanjut atas barang kebudayaan Irak. Pada Rabu, Dirjen UNESCO (Organisasi Pnedidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan) Koichiro Matsuura menyerukan "mobilisasi" terhadap penjarahan banyak situs arkeologi di Iraq.
Al-Rawi mengatakan bahwa tiga kelompok yang berbeda bertanggungjawab atas rusaknya warisan budaya Iraq.
"Pada hari-hari pertama setelah serangan pimpinan-AS, pencuri mengambil bebel dan komputer," katanya. "Kemudian orang yang tahu seni masuk ke museum Baghdad dan mencuri permata. Akhrinya, apa yang tinggal dibawa oleh kelompok pencuri yang terorganisir."
Dari 15.000 benda yang dicuri dari Museum Baghdad, sekitar 4.000 di antaranya telah ditemukan, kata al-Rawi. Sebelumnya, juga pernah diberitakaan, para tentara AS dan orang-orang asing banyak berkeliaran di Iraq pasca serangan dan mengambil barang-barang berharga sisa kebudayaan Islam itu. (ant/wpd)