Hidayatullah.com– Polisi India di wilayah Kashmir disengketakan menangkap setidaknya 10 orang dalam penggerebekan menyusul aksi protes anti-India, yang meletus ketika pengadilan India menghukum seorang tokoh terkemuka pro-kemerdekaan Kashmir dengan hukuman penjara seumur hidup.
Aksi protes diikuti bentrokan antara puluhan pemuda dengan pasukan pemerintah India yang pecah setelah hakim membacakan vonis hukuman terhadap Mohammed Yasin Malik, pada hari Rabu (25/5/2022).
Malik, 56, adalah pemimpin organisasi yang dicap terlarang Jammu and Kashmir Liberation Front. Organisasi itu merupakan salah satu kelompok bersenjata yang pertama-tama dibentuk di wilayah yang dikuasai India tersebut. Dalam perjalanannya, kelompok itu berubah menjadi organisasi yang menempuh jalan damai guna mengakhiri kekuasaan India di Kashmir.
Malik ditangkap pada 2019 dan dinyatakan bersalah pekan lalu dalam dakwaan melakukan aksi terorisme, menggalang pendanaan ilegal, tergabung dalam organisasi teroris,serta konspirasi kriminal dan penghasutan.
Para pemuda itu ditangkap karena “slogan anti-nasional” dan pelemparan batu di luar rumah Yasin Malik,” tulis polisi di Twitter. Polisi mengatakan lebih banyak orang sedang diidentifikasi dan akan segera ditangkap.
Polisi juga menggunggah di Twitter sebuah foto yang menunjukkan orang-orang yang ditangkap berdiri berbaris sambil memegang telinga dengan kedua tangan, tindakan yang dilakukan untuk mempermalukan mereka di depan publik. Mengenakan pakaian biasadan sandal, mereka tampak tertunduk memandang ke bawah, sementara dua polisi bersenjata senapan otomatis berdiri berjaga-jaga.
Menyuruh warga Kashmir memegang telinga atau melakukan sit-ups di jalanan merupakan tindakan yang biasa dilakukan polisi India di era 1990-an, ketika pasukan pemerintah India ingin mempermalukan warga Kashmir dan menghalangi mereka untuk mendukung pemberontak bersenjata yang memerangi pemerintahan India di wilayah Himalaya itu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir praktik semacam itu sebagian besar telah dihentikan sebagai bentuk hukuman.
“Penghasut utama hooliganisme ini akan dijerat di dengan PSA,” cuit polisi, merujuk pada Public Safety Act, undang-undang keselamatan publik yang memperbolehkan aparat memenjarakan siapa saja hingga dua tahun tanpa proses peradilan.
Sebelum pembacaan hukuman hari Rabu, puluhan warga Kashmir berkumpul di rumah Malik di Srinagar, kota terbesar di Kashmir yang dikuasai India. Sebagian berkumpul di jalan-jalan, meneriakkan “Kami menginginkan kebebasan” dan “Kembali ke India.” Pasukan pemerintah menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa, yang melemparkan batu.
Toko-toko dan bisnis tutup di pusat-pusat utama Srinagar.
Sementara itu, orang tak dikenal menembak dan membunuh seorang wanita artis televisi di luar rumahnya di luar kota Srinagar pada hari Rabu. Polisi menyalahkan gerilyawan atas penembakan itu, yang juga melukai keponakan laki-laki si artis yang berusia 10 tahun.
Enam tersangka militan dan seorang pejabat polisi tewas dalam dua baku tembak terpisah di Kashmir pada Rabu dan Kamis, kata polisi.
Pemberontak di bagian Kashmir yang dikuasai India telah memerangi pemerintahan New Delhi sejak 1989. Sebagian besar Muslim Kashmir mendukung tujuan kelompok itu untuk menyatukan wilayah Kashmir baik dengan Pakistan atau merdeka menjadi negara sendiri.
India menuding militansi Kashmir adalah terorisme yang disponsori Pakistan. Pakistan membantah tuduhan itu, dan sebagian besar warga Kashmir menganggap militansinya sebagai perjuangan kebebasan yang sah. Puluhan ribu warga sipil, pemberontak dan pasukan pemerintah India tewas dalam konflik tersebut.*