Hidayatullah.com– Hvaldimir, seekor paus beluga yang diduga mata-mata Rusia, yang ditemukan mati terapung di perairan Norwegia belum lama ini mati karena ditembak, klaim pata aktivis peduli binatang.
Bangkai Hvaldimir – panggilan publik untuk hewan tersebut – ditemukan mengambang di sebuah teluk di pesisir bagian barat daya Norwegia.
Kelompok hak asasi hewan mengatakan paus itu ditemukan dengan beberapa luka tembak dan dibunuh dalam suatu tindakan “kejahatan keji”.
“Kami akan menuntut keadilan bagi Hvaldimir,” kata pendiri One Whale, Regina Haug, lewat media sosial seperti dilansir BBC Rabu (4/9/2024).
One Whale didirikan untuk melacak beluga tersebut, yang menjadi terkenal setelah terlihat di perairan Norwegia lima tahun lalu.
Hvaldimir pertama kali mendekati kapal-kapal Norwegia pada bulan April 2019 di dekat Pulau Ingoya, sekitar 415 km (260 mil) dari Murmansk, tempat Armada Utara Rusia bermarkas.
Paus berwarna kulit pucat itu terlihat membawa kamera GoPro yang diikatkan pada tali pengikat yang bertuliskan “Peralatan St. Petersburg”, sehingga memicu spekulasi bahwa mamalia laut itu mungkin sedang terlibat dalam kegiatan spionase.
Penampakan itu menarik perhatian karena beluga sangat jarang terlihat jauh ke selatan dari perairan Arktik.
Beluga itu kemudian dikenal sebagai Hvaldimir, plesetan dari kata “hval” dalam bahasa Norwegia yang berarti paus dan nama depan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Namun, pada 1 September mamalia asal perairan Arktik itu ditemukan mengambang di lepas pantai dekat kota Risavika, dan kemudian dibawa ke pelabuhan terdekat untuk diperiksa.
Organisasi peduli kesejahteraan binatang NOAH dan One Whale mengatakan mereka telah mengajukan pengaduan kepada pihak kepolisian Norwegia untuk meminta mereka membuka penyelidikan kriminal.
“Dia memiliki banyak luka tembak di sekujur tubuhnya,” kata Haug dari One Whale melalui akun Instagram resminya setelah melihat bangkai Hvaldimir pada hari Senin.
Foto-foto yang diterbitkan oleh One Whale di media sosial menunjukkan apa yang mereka katakan sebagai luka tembak di tubuh Hvaldimir yang berdarah.
“Cedera yang dialami paus itu mengkhawatirkan dan tidak menutup kemungkinan merupakan tindak pidana – sungguh mengejutkan,” kata Direktur NOAH Siri Martinsen.
Namun menurut Marine Mind, organisasi yang menemukan mayat tersebut mengatakan “tidak ada hal yang dapat langsung menunjukkan penyebab kematiannya”.
“Kami melihat tanda-tanda bekas luka, tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apa penyebab kematiannya,” kata Sebastian Strand, direktur Marine Mind, kepada para reporter.
Bangkai Hvaldimir diangkut ke cabang terdekat Institut Kedokteran Hewan Norwegia pada hari Senin (2/9/2024) untuk diautopsi.
Laporan hasil pemeriksaannya diharapkan akan keluar “dalam waktu tiga pekan”, kata juru bicara institut tersebut.
Diperkirakan berusia sekitar 15 tahun, Hvaldimir terkategori belum tua untuk seekor paus beluga yang umumnya dapat hidup hingga usia 60 tahun.
Marine Mind dan One Whale sejak dulu berselisih pendapat tentang cara melindungi Hvaldimir dari bahaya yang dihadapinya.
One Whale meminta agar Hvaldimir dipindahkan ke Laut Barents di Norwegia bagian utara – habitat yang lebih alami bagi paus beluga – guna mengurangi risiko bertabrakan dengan kapal.
But Marine Mind menentang gagasan tersebut, dengan alasan bahwa memindahkannya justru dapat membahayakan nyawanya.
Polisi mengatakan kepada media lokal bahwa mereka akan menyelidiki masalah ini “guna memastikan apakah ada motif yang masuk akal untuk memulai penyelidikan” atas kematian Hvaldimir.*