Hidayatullah.com–Brigade Al-Qassam—sayap militer Hamas—membeberkan keberhasilannya dalam sebuah operasi penyergapan mematikan yang dirancang dengan presisi militer, dan memukul telak pasukan penjajah ‘Israel’ pada Sabtu (3/5/2025) di lingkungan Al-Janina, timur Rafah, Jalur Gaza selatan.
Dengan strategi yang nyaris tak terdeteksi, para pejuang Palestina menggiring pasukan infanteri ‘Israel’ ke dalam jebakan maut: sebuah terowongan sempit yang telah dipasangi bahan peledak.
“Begitu tentara Zionis memasuki terowongan, kami meledakkannya. Banyak dari mereka tewas dan terluka di tempat,” ungkap Brigade Al-Qassam dalam pernyataan resminya,” dikutop media lokal, amanews.ps.
Operasi itu tidak berhenti di sana. Setelah ledakan menghancurkan barisan musuh, pejuang Al-Qassam melanjutkan serangan dengan menghantam dua tank ‘Israel’ menggunakan peluru kendali “Al-Yassin 105”, senjata anti-tank buatan dalam negeri yang menjadi simbol perlawanan.
Brigade Al-Qassam juga mengklaim keberhasilan dalam operasi terpisah di sekitar Masjid Al-Zahraa, tempat di mana pasukan ‘Israel’ kembali disergap. Rumah yang telah dipasangi ranjau diledakkan saat tentara berada di dalamnya.
“Mereka masuk, dan kami menutup pintu keluar mereka dengan ledakan,” ujar salah satu komandan lapangan Al-Qassam, seperti dikutip media lokal.
Penjajah ‘Israel’ tak menampik kerugian besar itu. Tentara mengonfirmasi tewasnya dua personel dari unit elit teknik “Yahalom”—Kapten Noam Ravid (23) dan Sersan Yahli Sharur (20)—dalam operasi yang sama di Rafah. Dua lainnya terluka, satu di antaranya dalam kondisi kritis.
Sementara itu, seorang tentara penjajah juga dilaporkan luka berat di Jalur Gaza utara akibat pertempuran lain yang berlangsung bersamaan.
Korban jiwa terbaru ini menambah jumlah tentara ‘Israel’ yang tewas sejak 7 Oktober menjadi 853 orang—angka yang terus menanjak seiring meningkatnya intensitas perlawanan di berbagai penjuru Gaza.
Menghadapi pukulan telak dari kelompok perlawanan, militer ‘Israel’ mengumumkan pada Ahad pemanggilan puluhan ribu tentara cadangan. Langkah ini dilakukan menjelang perluasan operasi militer yang diklaim sebagai “fase baru” untuk menggempur Gaza dari berbagai arah.
Namun, bagi rakyat Gaza yang bertahan dalam puing-puing dan kegelapan malam, penyergapan di Rafah bukan hanya soal statistik atau strategi. Ini adalah perlawanan hidup-mati, dari tanah yang terus berteriak, dari terowongan yang terus berbicara dengan ledakan.*