Hidayatullah.com—10 ribu warga Palestina shalat Jumat pertama bulan Ramadhan di Masjidil Aqsha. Kaum Muslimin berbondong-bondong ke Masjid Al-Aqsha di Baitul Maqdis (Yerusalem) untuk, dengan damai meskipun ada kekhawatiran tentang terulangnya kekerasan pasukan zionis yang pernah meletus selama bulan suci umat Islam tahun lalu, kutip Reuters.
Sejak pagi hari, penduduk kota-kota seperti Betlehem dan Ramallah di Tepi Barat yang diduduki berbaris di pos pemeriksaan zionis untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsha untuk bisa shalat Jumat di bulan Ramadhan. Setelah dua tahun pembatasan akibat pandemi, penjajah ‘Israel’ telah mengizinkan beberapa warga Palestina dari Tepi Barat yang memegang surat izin perjalanan untuk memasuki Baitul Maqdis.
Namun ketegangan kembali meningkat di kota suci umat Kristen, Yahudi dan Muslim itu. Seorang pria bersenjata Palestina menembak mati dua orang di sebuah bar Tel Aviv pada hari Kamis, yang terbaru dalam serangkaian serangan mematikan di ‘Israel’ yang diklaim didalangi kelompok ISIS.
“Kami pikir mereka (Israel) tidak akan membiarkan kami masuk karena eskalasi terakhir, tapi syukurlah semuanya baik-baik saja,” kata Hussein Abayat dari Betlehem. “Al-Aqsa adalah hal paling berharga yang kami miliki, kami melakukan segala daya kami untuk mengunjunginya dan sisanya terserah Allah.”
Pasukan penjajah dalam siaga tinggi di seluruh negeri dan “tidak akan ada batasan” dalam perjuangan mereka untuk “membasmi teror”, kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dalam sebuah pernyataan.
Sementara Presiden Otoritas Palestina (OP) Mahmoud Abbas mengutuk serangan hari Kamis sambil memperingatkan agar tidak melanjutkan serangan berulang-ulang ke Masjid Al-Aqsha dan tindakan provokatif kelompok pemukim Yahudi ekstremis, lapor kantor berita Palestina WAFA.
Beberapa hari sebelum awal Ramadhan, anggota parlemen sayap kanan ‘Israel’ Itamar Ben-Gvir mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsha, yang diklaim Yahudi sebagai Temple Mount, dalam sebuah langkah yang dilihat oleh warga Palestina sebagai aksi provokasi.
Masjidi Aqsha, yang berada di atas dataran tinggi di jantung Kota Tua Baitul Maqdis, adalah salah satu situs paling sensitif dalam konflik Timur Tengah. Tahun lalu terjadi bentrokan malam antara warga Palestina dan polisi Israel selama bulan puasa.
Ancaman pengungsian warga Palestina di Yerusalem Timur dan penggerebekan polisi di Masjid Al-Aqsha membantu memicu perang ‘Israel’-Gaza selama 11 hari yang mengorbankan lebih dari 250 warga Palestina di Jalur Gaza dan 13 orang di pihak ‘Israel’.
Penjajah Israel merebut Yerusalem Timur dalam perang 1967, kemudian mencaploknya, dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional. Palestina menginginkan Baitul Maqdis (Yerusalem) Timur sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.*