Hidayatullah.com– Ribuan umat Muslim di Liverpool, Inggris, tumpah ruah memenuhi Masjid Abdullah Quilliam pada Hari Raya Idul Adha 1446 H, Kamis (6/6/2025).
Masjid bersejarah yang dikenal sebagai masjid pertama di Inggris itu menggelar shalat Idul Adha dalam lima sesi berturut-turut guna mengakomodasi membludaknya jamaah yang datang dari berbagai penjuru kota.
Suasana religius dan penuh semangat tampak sejak pagi hari. Masyarakat Muslim dari berbagai latar belakang etnis seperti Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika Utara, hingga mualaf asal Eropa Timur dan Asia Timur terlihat memenuhi pelataran masjid.
Tak hanya warga lokal, sejumlah wisatawan muslim dan turis tertarik berkunjung ke masjid yang juga menjadi ikon sejarah Islam di Britania Raya itu.
Salah satu jamaah sekaligus vlogger perjalanan, Satria Pondo, yang turut hadir di sesi keempat sekitar pukul 10.00 waktu setempat, menggambarkan bagaimana antusiasme masyarakat Muslim merayakan hari besar ini.
“Shalatnya sampai lima sesi, tahun lalu empat. Artinya jamaah makin ramai tiap tahun. Masjidnya sendiri nggak terlalu besar, jadi padat dan berdesakan. Tapi manajemennya bagus,” ujar Satria dalam liputan videonya yang ditayangkan di kanal YouTube miliknya.
Masjid Abdullah Quilliam terletak tidak jauh dari pusat kota Liverpool dan hanya beberapa menit dari stadion ikonik Liverpool FC. Akses yang mudah dan nilai historis sebagai masjid pertama di Inggris membuat masjid ini menjadi magnet utama pada setiap perayaan besar Islam.
Manajemen masjid menyambut Hari Raya Idul Adha dengan persiapan matang. Mulai dari sistem antrean, pengaturan waktu masuk, penyediaan kantong plastik untuk alas kaki, hingga menyediakan area bazar yang menjual makanan halal, pakaian Muslim, dan rempah-rempah khas Timur Tengah.
Namun, di balik kemeriahan dan kekhusyukan, Satria juga mengungkapkan kegelisahan yang kerap muncul di tengah keramaian di negara barat.
“Yang saya takutkan cuma satu, psykopat datang aja bawa pistol atau mobil. Di Eropa kejadian begini bukan hal aneh. Tapi kita tetap berdoa dan tawakal aja,” ucapnya, menyoroti kekhawatiran akan potensi aksi kekerasan di tengah situasi ramai.
Shalat Idul Adha yang berlangsung di Masjid Abdullah Quilliam berlangsung khidmat dan tertib. Kumandang takbir menggema dari setiap sudut ruangan. Jamaah dari anak-anak hingga lansia larut dalam kekhusyukan beribadah, meski sebagian dari mereka harus segera kembali bekerja.
“Banyak yang langsung pulang karena kerja. Di sini kami nggak dapat libur nasional untuk Idul Adha. Jadi biasanya minta izin satu jam,” ungkap salah satu jamaah.
Dalam khutbahnya, imam masjid menekankan makna Idul Adha sebagai momen pengorbanan dan pengampunan.
“Hari ini bukan hanya spesial karena Idul Adha, tapi juga bertepatan dengan hari Jumat. Dua hari besar yang jarang bertemu,” ucap sang imam dalam khutbahnya, menyoroti nilai spiritual ganda yang terjadi hari itu.
Masjid yang berdiri sejak akhir abad ke-19 ini dulunya merupakan rumah dari William Henry Quilliam, seorang mualaf Inggris yang kemudian mendirikan pusat dakwah dan komunitas Muslim pertama di negara tersebut.

Kini, masjid ini terus aktif menjadi pusat kegiatan keagamaan, dakwah, serta pelestarian sejarah Islam di Inggris.
“Dulu pas pertama ke sini saya sempat mikir apa masjid ini bisa ramai. Tapi seiring waktu, makin banyak jamaah. Bahkan saya dan teman-teman pernah berdonasi agar masjid ini bisa renovasi dan perluasan,” cerita Satria, sembari menunjukkan beberapa bagian bangunan masjid yang kini menjadi milik umat Islam hasil patungan komunitas.
Suasana shalat di Masjid Abdullah Quilliam berakhir damai dan tertib, meski setiap sesi berlangsung padat. Sebagian jamaah masih tinggal untuk mengikuti shalat Jumat yang jatuh di hari yang sama, sementara lainnya menyempatkan menikmati bazar dan silaturahmi di halaman masjid.
Perayaan Idul Adha 2025 ini mencerminkan bagaimana Islam hidup dan berkembang harmonis di tengah masyarakat Eropa. Meski menjadi minoritas, komunitas Muslim Inggris tetap menunjukkan solidaritas, keteguhan iman, serta semangat menjaga tradisi dan sejarah Islam di tanah rantau.
Penyebaran Islam Pertama di Inggris
Masjid Abdullah Quilliam di Liverpool, Inggris, adalah salah satu masjid bersejarah yang didirikan oleh William Henry Quilliam (1856–1932), seorang mualaf Inggris yang kemudian dikenal sebagai Syekh Abdullah Quilliam.
Masjid ini dianggap sebagai masjid pertama yang didirikan di Inggris dan menjadi pusat dakwah Islam pada akhir abad ke-19.
Sejarah Masjid Abdullah Quilliam dirikan William Henry Quilliam yang memeluk Islam setelah kunjungannya ke Maroko pada 1887.
Setelah muamaf, ia mendirikan Liverpool Muslim Institute pada 1889, yang mencakup masjid, sekolah, perpustakaan, dan tempat pengobatan. Masjid ini diresmikan pada 25 Desember 1889 di 8 Brougham Terrace, Liverpool.
Sampai saat ini masjid ini menjadi pusat kegiatan Muslim Inggris dan tempat banyak orang Barat kembali ke jalan fitrah, memeluk Islam.
Quilliam juga menerbitkan majalah The Crescent dan The Islamic World untuk menyebarkan ajaran Islam. Ia juga mendirikan pesantren pertama di Inggris untuk mengajarkan Islam dan bahasa Arab.*