Hidayatullah.com–Saat lahir, bayi kembar siam asal Kamerun, Pheinbom dan Shevoboh, dianggap sebagai pertanda buruk. Namun, keberhasilan operasi pemisahan yang dilakukan pakar asal Arab Saudi telah mengubah hidup si kembar sekaligus keyakinan sebagian besar orang di desa mereka.
Pheinbom dan Shevoboh lahir dengan kondisi dempet di bagian dada, perut, dan pinggul. Bidan yang membantu kelahiran di Desa Babanki Tungo, barat laut Kamerun, itu terkejut dengan “keanehan” tersebut.
Hal itu antara lain karena peralatan kesehatan di Babanki Tungo sangat terbatas untuk merawat bayi kembar siam.Namun, setelah adanya permintaan melalui internet, Raja Arab Saudi Abdullah setuju membiayai Pheinbom dan Shevoboh terbang ke kerajaan itu untuk operasi pemisahan pada 2007. Operasi selama 16 jam itu sukses memisahkan mereka. Kini Pheinbom dan Shevoboh memiliki tubuh masing-masing.
Malangnya, tiga tahun pascaoperasi pemisahan,tantangan fisik serius tetap ada. Setelah operasi, kedua bayi perempuan itu masingmasing hanya memiliki satu kaki. Mereka kini menunggu untuk dikirim kembali ke Arab Saudi untuk dibuatkan kaki tiruan dan mulai belajar cara berjalan. Saat ini, mereka hanya dapat merangkak. Kendati demikian, bayi kembar itu sangat riang, suka bermain, aktif berbicara, dan “nakal” seperti halnya anak-anak gadis berusia empat tahun.
Memeluk Islam
Beberapa warga Babanki Tungo mengira bahwa bayi kembar itu merupakan “hadiah setan”yang dikirim untuk menghukum ayah mereka yang telah memiliki 13 anak dari dua istri berbeda. Babanki Tungo merupakan desa pertanian yang banyak menghasilkan sayur-sayuran. Sebagian warga lain yakin bahwa Pheinbom dan Shevoboh dikirim untuk menghukum seluruh penduduk desa setelah seorang pemimpin tradisional di wilayah itu dibakar hidup-hidup oleh beberapa orang yang kalap.
“Kondisinya sangat sulit saat bayi itu masih siam,”kenang Emerencia Nyumale, ibu bayi kembar tersebut.“Orang-orang pergi dan lari menjauh saat saya membawa anak saya.Saya merasa sangat bersalah dan kesepian.Terima kasih Tuhan bahwa semua itu telah berakhir sekarang sejak operasi pemisahan tersebut.”
Cerita bayi siam itu pun memiliki dampak penting lain bagi warga Babanki Tungo.
Seiring pemberian bantuan kepada si bayi kembar, Pemerintah Arab Saudi mendanai sebuah Islamic Centre di desa tersebut untuk mendirikan sebuah masjid,pusat kesehatan,taman kanak- kanak,dan sekolah dasar. Ini membuat beberapa tetua desa memperkirakan bahwa sebagian besar warga Babanki Tungo lambat laun akan beragama Islam. Orang tua si bayi kembar telah menjadi pemeluk Islam pertama di desa tersebut. Karena besarnya apresiasi para dermawan Saudi kepada putri kembar mereka, orang tua Pheinbom dan Shevoboh kini memeluk Islam.
Ayah si bayi kembar, Ngong James Akumbu, kini menyebut dirinya dengan nama “Abdallah”, sedangkan Emerencia berganti nama “Aisha”. Lima dari semua anak-anak mereka pun telah masuk di sekolah dasar Islam. Seorang guru di sekolah dasar itu,Kum Edwin,kini juga telah beragama Islam.“Sebelum sekolah dibuka, saya pengangguran, banyak pacar dan banyak minum alkohol,” kata Edwin yang telah mengganti namanya menjadi ”Abdallah Wagf”.
“Saat saya mendengar sebuah sekolah Islam akan dibuka di sini, saya mengikuti kelas Islam selama tiga bulan. Saya tidak lagi minum dan saya kini mencari seorang istri karena memiliki banyak pacar itu tidak bagus,” tutur Abdallah Wagf. Banyak orang di Babanki Tungo kini melihat kelahiran Pheinbom dan Shevoboh sebagai berkah, bukan lagi kutukan.Tidak ada lagi takhayul yang beredar mengenai si bayi kembar. “Saya selalu mengatakan kepada semua orang tua agar bersabar karena Tuhan selalu menguji manusia dengan menunjukkan mereka hal buruk yang menjadi hal baik di masa depan,”papar ayah si bayi kembar. bbc/sin/hidayatullah.com]