Hidayatullah.com–PBB mengatakan semua penduduk Sudan di kota minyak Abyei telah pergi selama terjadinya kekerasan pada perbatasan Sudan Selatan dan Utara.
“Patroli pertama di daerah konflik tersebut menunjukkan jika penjarahan dan perampasan membuat kota tersebut menjadi kosok dan hancur,” ujar juru bicara PBB pada hari Rabu.
Nesirky menambahkan tidak ada korban dari pihak sipil yang dilaporkan, tulis media PBB.
Sementara, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon, berbicara pada pertemuan “Extraordinary Summit of the African Union on Peace dan Security” di Africa hari Rabu mengatakan “konfrontasi militer bukanlah pilihan.”
Misi PBB di Sudan adalah mengeluarkan penduduk dari kota tersebut.
Ribuan penduduk Abyei menuju daerah tetangga Agok, tetapi PBB mengatakan ada kesulitan untuk mengirim bantuan ke Agok karena kurangnya keamanan.
Sementara itu, Presiden Sudan Umar Al-Basyir mengatakan pada hari Selasa, “Abyei adalah tanah Sudan di utara,” dan menyatakan jika Utara tidak akan menarik pasukannya di daerah tersebut.
Selatan memisahkan diri dari Utara di bulan Januari berdasarkan “Comprehensive Peace Agreement” yang ditanda tangani tahun 2005. Deklarasi resmi kemerdekaan Selatan akan diumumkan pada 9 Juli.
Perjanjian di tahun 2005 berakhir setelah dua dekade terjadi perang sipil antara selatan dan utara.
Perjanjian ini telah menghilangkan kesempatan penduduk lokal Abyei yang diharapkan dapat mengadakan referendum untuk memutuskan kan bergabung ke Selatan atau Utara.
Bagaimanapun, tidak ada kemajuan yang dibuat mengenai masalah ini sejak kedua kubu tidak mampu mendapat kesepakatan berdasar kualifikasi pemilik suara.*