Hidayatullah.com–Sosok Samanhudi sebagai saudagar batik masih melekat di benak para pedagang batik di Laweyan, Solo, Jawa Tengah hingga saat ini. Setidaknya, semangat usahanya dalam bidang seni itu masih sangat kental di kota tertua ini. Buktinya, mayoritas masyarakatnya masih menggeluti bidang usaha seni ini. Kini, Laweyan pun resmi menjadi Kampoeng Batik.
“Semangat usaha batik Samanhudi memang masih terasa. Beliau dulu saudagar batik kaya raya,” ujar Achmad Sulaiman, salah satu pedagang batik cukup besar di Laweyan kepada hidayatullah.com di rumahnya Jumat (24/06/2011).
Bukan sekadar jiwa usaha yang ditularkan Samanhudi. Tapi, menurut pengusaha batik dengan merek Puspa Kencana ini, Saman Hudi menelorkan semangat keIslaman dan pembelaan terhadap pedagang pribumi.
“Ia membentuk Serikat Dagang Islam untuk melawan dominasi China pada saat itu,” jelasnya.
Dalam berdagang, kata mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) ini, Saman Hudi dikenal jujur. Ia selalu membuat batik dengan ukuran yang pas dan berkualitas, tidak pernah dikurangi.
“Setidaknya, itulah yang hingga kini diterapkan oleh pedagang batik di Laweyan,” terangnya.
Tidak hanya itu, dalam berdagang, Samanhudi selalu melihat pedagang lainnya bukan sebagai saingan, tapi mitra yang saling menguntungkan.
“Dia tidak pernah berfikir untuk menzalimi pedagang lainnya. Ia berharap semua pedagang pribumi bisa untung dan makmur,” kata pengusaha yang beromset 60 milyar per tahun ini.*