Hidayatullah.com—Jika suatu hari Anda diberi kesempatan Allah Subhanahu Wata’ala ke Masjid Nabawi, sekali waktu, sempatkan mampir ke bab (pintu) 8 . Tepat di tiang pertama dan ke dua, bernomor 9-10, di situ berkumpul banyak pria rapi, sebagian berjenggot tebal, bajunya putih-putih rapi sedang khusuk dalam majelis ilmu, mendengar tausyiah dari seorang ulama.
Jangan keliru, itu bukan warga Arab atau Yaman, mereka adalah warga asli Indonesia yang tengah menempuh studi di Universitas Madinah atau Jamiah Islamiyah.
Kegitan rutin seperti ini adalah bagian penting para mahasiswa di sela-sela mereka mengikuti perkuliahan setiap hari, kecuali hari Kamis dan Jumat.
“Biasanya, para mahasiswa mengikuti kegiatan seperti ini ba’da maghrib dan isya, “ ujar Rizqo Ibrahim, mahasiswa tahun pertama asal Banjarmasin ini.
Senin malam (14/05/2012) lalu, hidayatullah.com, berkesempatan bertemu para mahasiswa asal Indonesia usai mengikuti kajian habis shalat Isya’.
“Wah, Anda agak telat, sebenarnya kemarin malam kita semua (mahasiswa asal Indonesia, red) sedang berkumpul semua, “ ujar Iqbal Gunawan, mahasiswa S2 di Universitas Madinah asal Makasar.
“Bagus juga bisa sharing soal perkembangan tanah air dengan teman-teman media hidayatullah, “ tambah yang lain.
Menurut, Muhammad Haikal Basyarahil, Lc, mahasiswa program S2 pada jurusan jurusan Ilmu Hadits, komunitas talaqi mahasiswa Indonesia ini bukan materi wajib kampus. Namun hanya kegiatan tambahan para mahasiswa di luar program resmi universitas.
“Para mahasiswa bisa memilih para masyayih sendiri, “ ujar pria asal Kalimantan ini.
Namun yang banyak diminati para mahasiswa asal Indonesia adalah bertalaqi dengan Syeikh Muhsnin al- ‘Abbad, seorang ulama hadits yang biasa membawakan materi Shahih Buhari.
Yang menarik, di antara para mahasiswa itu juga antusias mengaji kepada Syeikh Anis Jamil Thohir , seorang ulama kelahiran Indonesia. Santrinya tak hanya dari Indonesia, bahwan dari warga asing, termasuk Arab sendiri.
“Meski asli kelahiran Indonesia, tapi Syeikh Anis tidak bisa berbahasa Indonesia, “ ujar Rizqo, yang pernah mengenyam pendidikan di KMI PP Darussalam Gontor Ponorogo ini.
Madinah yang diberkahi
Lorong yang dikunjungi hidayatullah.com malam itu adalah tempat mangkal kominitas mahasiswa asal Indonesia yang sedang studi di Madinah.
Meski tidak semua ikut rutin, setidaknya, di tempat ini mereka bisa bertemu, berbagi dan menuntut ilmu.
Menurut Muhammad Haikal Basyarahil, di Kota Madinah, khususnya di Jamiah Islamiyah, ada sekitar 3oo lebih mahasiswa Indonesia sedang sibuk menuntut ilmu, 20 lebih di antaranya, kini sedang menyelesaikan program S2 dan S3.
Dari 18.000 mahasiwa Universitas Madinah, Indonesia, termasuk paling besar.
“Indonesia masih terbesar untuk selain mahasiswa non Arab, “ ujarnya.
Silaturrahmi para mahasiswa asal Indonesia di Masji Nabawi malam itu berjalan cukup gayeng. Selain acara perkenalan, acara juga berlanjut membahas persolan-persoalan yang melanda bangsa Indonesia.
Banyak hal yang ditanyakan para mahasiswa asal Indonesia pada hidayatullah.com. Di antaranya perkembangan kasus Syiah di Sampang, kehadiran tokoh feminis asal Kanada, Irsyad Manji ke Indonesia hinggal rencana kedatangan artis asal Amerika, Lady Gaga ke Jakarta.
“Jika tidak ada cerita perkembangan Indonesia seperti itu, teman-teman di sini tenang-tenang saja. Alhamdulillah, silaturrahmi ini biar bisa menyemangati mereka lebih giat menuntut ilmu, “ ujar Haikal Basyarahil.
Selain bisa kuliah dan mengaji para para ulama ahli di Masjid Nabawi, umumnya, para mahasiswa Indonesia mengaku telah nyaman tinggal di Kota Suci ini, karena banyaknya keistimewaan.
Rizqo, misalnya, selama dia belajar, sudah dua kali melakukan ibadah haji dan telah beberapa kali melakukan ibadah umroh. Begitu juga mahasiswa yang lain. Mereka mengaku bisa setiap saat datang ke tanah haram dan berlama-lama beribadah sambil berdoa di raudah.*/cha