Hidayatullah.com–Dibulan Ramadhan hingga hari ini, Ahad (22/07/2012), pengungsi Muslim Rohingyah masih terkatung – katung. Nasib mereka belum mendapat kejelasan atas kelayakan hidup terutama dari Pemerintah Bangladesh yang diharapkan bisa menjadi tempat mereka sementara menetap.
Sebanyak 300.000 Pengungsi Rohingyah ini kita menetap di daerah Kutapalong, di perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Aljazeera English Channel Nicolas Hague melaporkan bahwa kondisi para pengungsi sangat mengenaskan.
Selain tidak mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan. Para pengungsi juga tidak mendapat listrik untuk pencahayaan malam juga kesulitan untuk mendapatkan makanan dan minuman. Anak-anak kecil Rohingya sendiri mengalami gizi buruk dan krisis nutrisi yang serius.
“Seandainya dunia tahu bagaimana mengenaskannya nasib para pengungsi Rohingya, hingga hari ini pemerintah Bangladesh belum memberikan perhatian apa-apa terhadap para pengungsi,” jelas Nicolas seperti yang dikutip oleh Aljazeera.com.
Rumah-rumah para pengungsi hanya dibangun diatas tanah. Yang ketika hujan turun tanah itu menjadi lumpur yang sangat becek. Sedangkan dinding-dinding rumah hanya ditutupi kayu sekedarnya dan plastik-plastik hitam yang dipasang sebagai dinding juga atap rumah.
Saat ini, kondisi cuaca sendiri tidak menentu. Hujan bahkan sering turun didaerah pengungsian. Hal ini, membuat para pengungsi mau tidak mau harus tetap tidur beralaskan lumpur.
Brad Adam salah satu aktivis hak asasi manusia international sendiri menyampaikan rasa keprihatinannya. Adam sangat mengkritisi sikap Pemerintah Bangladesh yang menutup mata terhadap pengungsi Rohingya.
“Tragedi Rohingya adalah tragedi pembantaian etnis yang takkan terlupakan, dan PBB belum juga mengambil tindakan apapun atas apa yang terjadi. Padahal pada saat yang sama, setahun lalu PBB sudah mencairkan dana sebenar 33 milliar US Dollar untuk program sosial pemerintah Bangladesh,” jelas Adam mengkritisi sikap PBB dan Pemerintah Bangladesh yang lambat dalam membantu pengungsi Rohingya.
Hingga hari, pemerintah Bangladesh bahkan sering menyuruh para pengungsi Rohingya kembali ke Myanmar. Padahal di Myanmar pembersihan (baca:pembantaian) etnis Muslim Rohingya masih terus berlanjut.*