Hidayatullah.com–Sesudah mengecam serangan-serangan udara Zionis Israel terhadap rakyat Gaza dalam seminggu terakhir ini, Presiden Mesir Muhammad Mursy kemarin (15/11/2011) memutuskan, pada hari Jum’at ini akan mengirim Perdana Menteri, Menteri Kesehatan, dan Kepala Intelijen Mesir untuk masuk ke Gaza dan mempelajari berbagai situasi di wilayah yang sudah lima tahun dikepung Zionis itu.
Mesir telah menarik Duta Besarnya dari Israel dan meminta Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan konfrontasi ini yang telah memakan korban 16 orang warga Palestina, lima di antaranya anak-anak, dan tewasnya lima orang warga Israel.
Harian sayap kiri Zionis Haaretz menulis, Mursy harus menjaga keseimbangan antara keperluannya untuk menunjukkan soldaritasnya kepada sesama kaum Muslimin dengan bantuan yang setiap tahun diterima oleh Mesir dari Amerika Serikat sebesar USD 2 Miliar.
“Kita terus berhubungan dengan rakyat Palestina di Gaza, dan kita berdiri bersama mereka sampai agresi ini dihentikan,” kata Mursy dalam sebuah pidato televisi. “Rakyat Israel harus sadar bahwa agresi ini tidak bisa diterima dan hanya akan menyebabkan ketidakstabilan di wilayah ini.”
Sampai hari ini, secara hukum internasional, Mesir adalah negara sahabat Israel sejak ditandatanganinya Perjanjian Camp David tahun 1979.
Tahun 1995, Presiden Soeharto sebagai Ketua Negara-negara Non-Blok berkunjung langsung menjumpai Presiden Alija Izetbegovic di Bosnia Herzegovina di tengah Perang Balkan.
Bosnia menyatakan merdeka dari negara komunis Yugoslavia, dan mengalami teror serta penyerangan besar-besaran dari pasukan Kristen Radikal Serbia (bagian terbesar Yugoslavia).
Kita sedang menunggu siapa pejabat tinggi yang akan diutus oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk pergi ke Gaza, mengemban amanah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menentang segala bentuk penjajahan di muka bumi.*