Hidayatullah.com- Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ismail Yuswanto mengatakan jika HTI sudah lama mengkritik paradigma teologis Syiah terkait dengan klaim bahwa Ali bin Abi Thalib ditunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam, untuk mengantikan kekhalifahannya.
“Kita tahu bahwa Syiah itu didirikan di atas klaim bahwa Ali bin Abi Thalib itu ditunjuk oleh Allah melalui Rasulullah sebagai khalifah atau pengganti Rasulullah, yakni mengantikan kekhalifahannya,” kata Ismail saat ditanya awak hidayatullah.com terkait dengan bagaimana sikap HTI terhadap Syiah, Senin (27/04/2015) pagi.
Menurut Ismail, HTI memberikan kritik yang sangat tajam dan mendasar terhadap teologis Syiah yang dinilai keliru itu. Kalau diibaratkan bangunan dengan satu tiang utama, menurutnya, tiang utama itulah yang harus digempur. Dengan begitu, lanjutnya, ketika tiang utama bangunan itu runtuh maka akan runtuh pula seluruh bangunan Syiah tersebut.
“Dalam keyakinan orang-orang Syiah, tidak mungkin jika Allah itu tidak memberi keterangan apa-apa berkenaan dengan soal yang penting itu (kekhalifahan Ali menggantikan Rasulullah, red),” imbuh Ismail.
Lebih lanjut lagi Ismail menyampaikan, untuk hal-hal yang menurut orang-orang Syiah sepele, seperti cara membersihkan kotoran atau istinjak dan lain sebagainya, Allah memberikan keterangan. Apalagi hal yang sepenting itu, yang menyangkut tentang kepemimpinan umat, tentu Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga memberikan keterangan.
“Nah, keterangan yang dimaksud oleh orang-orang Syiah itu adalah apa yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan hadits ‘ghadir khum’,” kata Ismail.
Menurut Ismail, hadits itu diklaim oleh orang-orang Syiah sebagai wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang berisi penunjukkan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Di mana saat Rasul dan para sahabat bersama Ali dalam suatu perjalanan, mereka singgah di suatu tempat yang namanya ghadir khum. [Baca: Ismail Yusanto: Kitab Panduan HTI Kritik Keras Hadits Ghadir Khum]
“Ringkas cerita, di situlah kemudian Rasulullah mengangkat tangan Ali dan mengatakan inilah waliku (redaksinya kurang lebih seperti itu, red),” cetus Ismail.
Dari situ, kata Ismail, orang-orang Syiah mengklaim hadits itu sebagai dalil dari ditunjuknya Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti Rasulullah. Karena itu juga, lanjutnya, maka orang-orang Syiah menganggap kekhalifahan Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khathab serta Utsman bin Affan itu tidak sah, bahkan mereka menganggap para sahabat besar itu sebagai perampas kekuasaan.
“Dari situlah kebencian terhadap ketiga khalifah mulai mereka (orang-orang Syiah, red) bangun, bukan hanya kepada ketiga khalifah itu saja tetapi juga kepada siapa saja, termasuk sahabat yang mendukung ketiga khalifah itu atau sahabat yang menolak kepemimpinan Ali bin Abi Thalib,” ungkap Ismail.*