Oleh: Dr Gregory Shupak
HARI Senin, Majelis Rendah Kanada meloloskan mosi yang mengecam gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi pada Israel (BDS). Oposisi Konservatif yang mengeluarkan mosi itu, tetapi hampir semua kaum liberal pemerintah mendukung mosi itu, termasuk Perdana Menteri Justin Trudeau.
Mosi yang menolak BDS itu, mengatakan bahwa BDS “mendorong demonisasi dan delegitimisasi negara Israel,” dan “meminta pada pemerintah untuk mengecam semua upaya oleh organisasi, kelompok atau individu Kanada dalam mempromosikan gerakan BDS, baik di dalam maupun luar negeri”.
Hal itu terjadi beberapa hari setelah juru bicara dari Stephane Dion, menteri urusan luar negeri Kanada, mengatakan mereka patuh pada memorandum 2015 tentang pemahaman yang pemerintah sebelumnya tandatangani dengan Israel. Dalam memorandum itu dinyatakan bahwa “Kanada dan Israel akan bekerja sama untuk melawan upaya yang mengisolasi Israel dengan mengembangkan insiatif diplomasi publik terkoordinasi dalam melawan boikot terhadap Israel, untuk melawan mereka yang mempertanyakan hak kehadiran negara Yahudi dan untuk bekerja menyerang balik gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS)”.
Masih tidak jelas mengapa pemerintahan liberal Keynesian dengan retorika kabur, hangat dan kosong akan mendukung jalan yang kejam pada gerakan hak asasi mamusia seperti BDS. Penjelasan umum, yang disisipkan pada garis terakhir artikle pers Kanada ini, adalah bahwa orang-orang di pemerintahan Kanada yang menyerang BDS yang melakukannya untuk memenangkan dukungan dari Yahudi Kanada.
Itu merupakan kesalahan, bagaimanapun juga, mengabaikan divisi dari sikap Yahudi Kanada terhadap Israel dan hal yang meragukan untuk menganggap bahwa anggota dari komunitas ini memutuskan bagaimana untuk memvoting berdasarkan partai mana yang secara agresif anti-Palestina.
Hubungan Kanada dengan Israel lebih kuat daripada pengikut politik. Tidak ada penjelasan yang memadai dari dukungan pemerintah Kanada terhadap Israel jika melihat pada hubungan politik dan ekonomi antara dua negara besar dan kapitalis yang tinggal di dalamnya. Faktanya, mosi yang dengan jelas menyatakan bahwa itu mengecam BDS karena “Kanada dan Israel berbagi sejarah panjang persahabatan serta hubungan diplomatik dan ekonomi”.
Dua negara itu mempunyai kesepakatan perdagangan bebas yang menciptakan “kesempatan eksport baru bagi pertanian dan makanan Kanada, dan perusahaan perikanan di pasar Israel” dan, sejak kesepakatan itu berlaku “penjualan barang secara dua jalur Kanada dengan Israel meningkat tiga kali lipat menjadi $1,6 miliar di tahun 2014”. Kelas bisnis Kanada mempunyai hubungan yang menguntungkan dengan rekan Israelnya dalam industri-industri seperti farmasi dan energi serta pesawat drone yang mereka beli dari Israel untuk digunakan di Afghanistan.
Baca: BDS, Gerakan Boikot yang mulai Mendunia
Poin terakhir ini merupakan kunci. Dukungan pemerintah Kanada untuk Israel harus dimengerti sebagai bagian dari komitmen yang lebih luas pada imperialisme pimpinan AS, sebuah sistem yang bagi Israel maupun Kanada adalah kunci utama. Serangan pemerintah Kanada pada solidaritas Palestina tidak bisa semata-mata dilihat sebagai ciri dari strategi pemilu dalam negeri atau bahkan hanya dari segi hubungan Kanada-Israel.
Upaya untuk mengekang perlawanan Palestina berhubungan dengan pengembangan lain baru-baru ini dalam kebijakan Liberal terhadap Timur Tengah dan Afrika Utara. Dua minggu yang lalu, pemerintah Trudeau mengumumkan rencana untuk memperluas peran militer Kanada di koalisi pimpinan AS dalam perang melawan kelompok ISIS di Iraq dan Suriah.
Minggu lalu pemerintah liberal itu mengkonfirmasi bahwa mereka tidak akan membatalkan penjualan senjata senilai $15 miliar dengan Arab Saudi. Minggu lalu pula, Kepala Staf Pertahanan Umum Kanada Jonathan Vance mengatakan dia berharap Kanada berperan dalam aksi militer AS terhadap ISIS di Libya dan itu dapat termasuk peran militer bagi Kanada.
Kebijakan-kebijakan terhadap Timur Tengah dan Afrika Utara ini, termasuk mosi anti-BDS, BERHUBUNGAN dan bahwa mereka semua adalah bagian dari upaya negara Barat untuk MENDOMINASI wilayah itu.
Langkah-langkah anti-BDS seharusnya membuat marah warga Kanada karena memperparah penindasan Israel pada Palestina. Israel telah menolak untuk mengizinkan pengungsi Palestina kembali ke tempat tinggal mereka sejak 1948 dalam pelanggaran dari resolusi AS 194. Mereka secara militer menduduki Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Daratan Tinggi Golan sejak 1967 dan serta telah menguasai Gaza sejak itu.
Dalam melanggar Perjanjian Jenewa, Israel secara ilegal telah menempatkan 500.000 pemukim di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, 21.000 lainnya di Golan dan mereka secara tetap melancarkan pembantaian besar-besaran di Gaza.
Israel juga telah memenjarakan penduduk Palestina tanpa proses, menahan ribuan tahanan politik, termasuk anak-anak, dan secara rutin melakukan kekerasan pada penduduk Palestina, dan lagi-lagi termasuk anak-anak. Tindakan-tindakan tersebut yang diinginkan gerakan BDS untuk diakhiri dengan berupaya menekan Israel agar mengikuti hukum internasional. Sulit membayangkan sebuah gerakan kotemporer lebih membutuhkan dukungan.
Orang-orang yang tinggal di Kanada memiliki alasan yang cukup untuk marah pada pemerintah mereka yang berusaha memarjinalkan sebuah gerakan yang bertujuan mengakhiri pelanggaran hak asasi manusia Israel. Sebenarnya banyak yang bereaksi seperti itu karena BDS secara signifikan didukung oleh persatuan Kanada, organisasi keagamaan, seniman, akademik, dan pelajar. Kemarahan itu akan lebih produktif jika itu digunakan untuk meningkatkan dukungan pada BDS.*
Dr Gregory Shupak merupakan seorang penulis dan aktivis yang mengajar di jurusan media di Universitas Guelph di Kanada. Tilisan dimuat Middle East Eye (MEE)