DENGARKANLAH Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah mengetuk hatimu, “Tidak ada satu hari yang melewati bani Adam kecuali ia berkata, ‘Hai bani Adam saya adalah hari baru, sebagai saksi atas amalmu. Apabila saya pergi darimu, saya tidak bisa kembali kepadamu. Maka siapkanlah apa yang Anda inginkan (ketaatan), niscaya Anda akan mendapatkannya di hadapanmu (di alam kubur dan di hari Kiamat). Dan tundalah apa yang Anda inginkan, karena ia tidak akan kembali kepadamu untuk selama-lamanya (Anda tidak bisa mengganti waktu-waktu Anda yang hilang)’.”
Rabiah berkata kepada Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, “Anda hanyalah hari-hari yang berbilang. Apabila satu hari pergi, pergi pula sebagian dirimu. Apabila sebagian telah pergi, maka seluruhnya juga pergi. Anda telah mengetahui, maka beramallah!”
Alangkah sedihnya bila waktu pergi bukan dalam ketaatan kepada Allah. Betapa mirisnya hati atas kesempatan-kesempatan yang hanya digunakan untuk pembicaraan dan perbuatan yang tidak berguna.
Al-Mawardi rahimahullah berkata, “Umur setiap manusia mengalir ke satu titik, yang di situlah masa ajalnya habis dan buku catatan amalnya ditutup. Maka ambillah dari dirimu untuk dirimu. Lihatlah hari ini dengan cermin hari kemarin. Hentikanlah kejahatanmu. Tingkatkan kebaikanmu sebelum masa ajalmu habis dan engkau tidak mampu lagi meningkatkan usaha dan amalmu.”
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Saya bertemu orang-orang sufi. Saya tidak mengambil manfaat, kecuali dua kata. Pertama: Waktu seperti pedang. Apabila Anda tidak memenggalnya (memanfaatkannya), maka ia yang akan memenggalmu Kedua: Apabila Anda tidak menyibukkan dirimu dalam kebenaran, maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan.”
Benar, waktu tidak berdiri menjauh (menghindar). Waktu bisa menjadi nikmat untukmu, atau kesengsaraan atasmu.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Hai bani Adam, siang harimu adalah tamumu, maka perlakukan ia dengan baik (yakni, dengan memanfaatkannya untuk kebaikan). Karena apabila Anda memperlakukannya dengan baik, niscaya ia pulang dengan memujimu. Dan apabila Anda memperlakukannya dengan buruk (dengan menggunakannya untuk hal-hal haram atau tidak berfaedah), niscaya ia akan berpamitan dengan mencelamu. Begitu pula malam harimu.”
Al-Ashmu’i berkata, ‘Suatu pagi saya pergi mengunjungi salah seorang kawan. Saya bertemu dengan Abu Amru bin Al-Ala’. Dia bertanya kepadaku, ‘Hendak ke mana?’ Saya menjawab, ‘Mengunjungi teman.’ Dia berkata, ‘Lakukan apabila untuk faedah (yakni, mengkaji ilmu atau mengambil manfaat darinya), atau meja makan (yakni menghadiri walimah di mana Anda diundang), atau untuk menjenguk (yakni menjenguk orang sakit). Kalau bukan maka jangan. (Maksudnya apabila kunjunganmu dengan keperluan salah satu di antara tiga di atas maka alangkah indah dan mulianya. Tetapi apabila demi hal-hal yang tidak berguna dan ucapan-ucapan tidak bermanfaat, maka tinggalkanlah).”’*/Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih, dari bukunya 125 Kiat Salaf Menjaga Waktu Produktif. [Tulisan berikutnya]