Oleh: Dr. Kholili Hasib
Pada Ahad 19 Maret 2023 dilaksanakan Ujian Promosi Doktor Achmad Sulton, guru PP. Darullughah Wadda’wah (Dalwa), di Program Doktor UII Dalwa Bangil. Achmad Sultan berhasil mempertahankan judul disertasi “Pendidikan Tasawuf dalam Konsep Fikih Tahawulat Menurut Habib Abu Bakar al-Adni al-Masyhur” di hadapan dewan penguji.
Topik disertasi ini bagi saya sangat penting dan menarik. Dr. Habib Abu Bakar al-Adni al-Masyhur sendiri merupakan seorang ulama kenamaan Yaman, sufi, akademisi dan di Tarim Hadramaut beliau sering disebut dengan al-mufakkir (pemikir). Di kota Aden Yaman beliau mendirikan perguruan tinggi. Namanya Universitas al-Wasatiyyah. Gagasan beliau yang paling populer adalah tentang konsep fikih tahawulat. Pada 27 Juli 2022 tahun lalau beliau wafat dalam usia 75 tahun.
“Beliau orang besar di zaman ini. Saya sendiri tertarik ingin membaca karya kitab-kitabnya”, komentar Prof. Ali Maschan Moesa, salah satu dewan penguji pada Ujian Terbuka ini. Prof. Ali Maschan berharap kitab-kitab beliau dikaji di lembaga-lembaga pendidikan.
Dalam disertasi ini Achmad Sulton menganalisis pemikiran Habib Abu Bakar tentang problematika umat Islam di zaman modern ini. Menurut Habib Abu Bakar problematika umat selama ini meliputi banyak aspek, misalnya aspek politik, kehormatan diri, pendidikan, pengajaran, dakwah dan ukhuwah. Tetapi, Achmad Sulton menemukan bahwa problematika tersebut muaranya pada apa yang disebut Habib Abu Bakar dengan istilah ghurbatu ad-din.
Ghurbatu ad-din maksudnya absennya agama pada semua sendi kehidupan manusia. Karena pengaruh globalisasi yang mengusung ideologi sekularisme, maka kehidupan manusia – termasuk umat Islam – lebih bertumpu pada materialisme.
Prof. Syed M Naquib al-Attas telah menguraikan problem sekularisme ini dengan cukup mendalam. Beliau menulis buku berjudul Islam and Secularism. Buku ini sangat penting dibaca, khususnya oleh para akademisi. Beliau menyebut sekularisme sebagai program falsafat kebudayaan Barat ini menjadi problem yang sangat serius. Prof. Al-Attas sangat serius dan memberi perhatian penting tentang problem kebudayaan Barat. Sehingga dalam buku monumentalnya Prolegomena to the Metaphysics of Islam, isu-isu ini selalu disinggung dalam konteks pembahasan atau topik yang beragam.
Dalam konteks pendidikan, Habib Abu Bakar menjelaskan ghurbatu ad-din ini menyebabkan umat Islam tidak memahami apa yang mesti dilakukan dalam menghadapi perkembangan zaman yang selalu berubah. Sebab, pendidikan dipisahkan dari nilai-nilai akhlakul karimah yang bersumberkan dari agama Islam.
Dari segi kurikulum pendidikan misalnya, materi-materi ajar di setiap tingkat hampir sulit menemukan unsur agama. Khususnya dalam pendidikan sains. Secara filosofis, sains yang diajarkan telah kehilangan konsep ketuhanan. Bangunan ilmu sains berdiri tanpa sama sekali ditopang oleh konsep tuhan dan konsep-konsep kunci dalam Islam.
Bahkan orientasi pendidikan, termasuk insan pendidik, lebih kepada materialisme. Lembaga pendidikan akhirnya dikelola bagaikan sebuah perusahan. Lebih kepada unsur profit oriented bukan tauhid oriented. Ghurbatu ad-din membuka celah masuknya ideologi materialisme dalam pendidikan.
Achmad Sulton juga menganilisi bahwa jawaban terhadap problem ghurbatu ad-din dalam pendidikan itu sesungguhnya adalah pendidikan tasawuf. Menurut Achmad Sulton, dalam konsep fikih tahawulat itu terkandung nilai-nilai edukatif. Yaitu pendidikan tasawuf.
Saya sangat tertarik dengan isu-isu yang filosofis tentang pendidikan tasawuf. Pada sidang ujian terbuka kemarin, saya memberi penekanan pada isu ini untuk diperdalam. Uraian dalam karya Habib Abu Bakar memang tidak semendalam dalam buku Islam and Secularism karya Prof. Al-Attas, tetapi, gagasan Habib Abu Bakar tentang pendidikan tasawuf ini perlu dikembangkan secara filosofis dengan mengaitkan dengan isu-isu aktual pada zaman ini.
Dijelaskan oleh Achmad Sulton bahwa ada tiga rukun pendidikan menurut Habib Abu Bakar, yaitu; tarbiyah, ta’lim dan da’wah yang disebut al-musallats al-madmuwj. Konsep tiga rukun pendidikanini relevan untuk diaplikasikan dalam pendidikan bahkan dapat menjadi kerangka filsafat pendidikan Islam.
Konsep tiga rukun pendidikan dapat menjadi landasan merumuskan kurikulum, menentukan metode pengajaran, dan mengukur kualifikasi seorang guru.
Memang, gelombang sekularisme yang masuk dalam pendidikan ini mencabut landasan-landasan dasar pendidikan. Oleh sebab itu, saya tertarik dengan gagasan pendidikan tasawuf ini. Isu paling penting dalam gagasan ini adalah konsep adab murid, adab guru dan adab pada ilmu. Secara aplikatif Achmad Sulton menguraikan tiga adab tersebut ke dalam berbagai perangkat-perangkat pendidikan. Bahkan, dalam aspek yang sangat praktif misalnya pengadaan sarana dan prasaran pendidikan disebutkan ada adabnya.
Topik penelitian pendidikan tasawuf ini selalu menarik. Akan terus dibutuhkan analisis dan uraiannya. Dalam disertasi ini, sepertinya topik pendidikan tasawuf Habib Abu Bakar ini merupakan topik pertama yang ditulis. Bagaimana pun, topik ini masih perlu untuk diteruskan dalam penelitian-penelitian berikutnya.
Bangil, 20 Maret 2023