Oleh: Rofi Munawar
Tayangan pendek Omran Daqneesh yang duduk dengan tenang tanpa isak tangis usai diselamatkan dari reruntuhan bekas serangan udara jet tempur Rusia mendadak menjadi viral di media sosial dan menjadi berita dunia.
Kisahnya, mirip Aylan Kurdy yang sebelumnya menjadi viral karena terdampar di pantai Turki.
Media mainstream tanah air pun tak ketinggalan ikut memberitakan kejadian ini. Ikut meramaikan yang sebelumnya sudah menjadi viral di seluruh dunia. Hastag “#omran” pun meramaikan jagat twitter.
Viva.co.id memberitakan dengan “Omran Daqneesh, bocah berusia 5 tahun yang menjadi korban serangan udara yang terjadi di Aleppo, Suriah. Tatapan yang kosong dengan wajah penuh luka menjadi gambaran betapa mengerikannya serangan itu”
Metro TV tak ketinggalan, dengan judul teks “Nasib Anak Suriah”. Presenter menjelaskan Omran Daqneesh adalah korban serangan udara dari peperangan yang terjadi di Suriah.
Sedangkan Kompas TV memberi judul “Aleppo Jadi Rebutan Pemerintah dan Pemberontak”.
Omran adalah warga sipil yang terkena imbas pertempuran antara pasukan pro pemerintah Bashar dan kelompok pembebasan.
Hampir semua media mainstream Indonesia memberitakan Omran Daqneesh adalah korban peperangan. Korban reruntuhan serangan udara. Tanpa memberitakan, serangan udara siapa yang bertanggun jawab?
Foto Omran, Bocah Aleppo Korban Kekejaman di Suriah jadi Sorotan Dunia
Para aktivis kemanusiaan menuding Rusia dan pemerintah Rezim Suriah paling bertanggungjawab. Karena hanya mereka yang punya jet-jet yang mampu menyerang lewat udara.
Tapi, sekali lagi, media-media mainstream utama Indonesia enggan dengan tegas memberitakan “Omran Daqneesh korban pesawat koalisi pemerintah Suriah dan Rusia!”.
Suriah adalah kasus kemanusiaan. Tentu, kita sebagai manusia juga perlu tahu dan ikut prihatin serta mengutuk itu semua. Media informasi sebagia corong berita pun harus memberi tahu sebenarnya. Memberitakan akar masalahnya. Tidak mengajak mengutuk tragedi kemanusiaan yang terjadi, kemudian membuat bias berita kejadian sehingga membuat bingung kenapa terjadi.*
Penulis tinggal di Jakarta