Oleh: Ady Amar
Hidayatullah.com | KOTA Semarang, ibu kota Jawa Tengah, dikepung banjir. Tampak hampir seluruh sudut utama kota digenangi air.
Bandara Ahmad Yani tutup sementara, tidak ada penerbangan. Begitu pula Stasiun Tawang Semarang, tenggelam.
Semarang memang langganan banjir. Tapi tahun 2021 ini tampaknya lebih dahsyat dari tahun-tahun sebelumnya.
Bukan cuma Semarang, tapi juga Kudus sudah sepekan ini dilanda banjir, Demak, juga Pekalongan.
Pastilah Pak Ganjar Pranowo, selaku Gubernur Jawa Tengah, merasa sedih. Tapi gak usahlah terlalu larut dipikir.
Terpenting bagaimana mengatasi fenomena alam banjir ini. Banjir di Semarang ini hampir sama dengan banjir di Kalimantan Selatan.
Kasusnya hampir sama, yaitu curah hujan terlalu tinggi. Tentu beda dengan banjir di DKI Jakarta, yang itu pastilah karena Pak Anies Baswedan.
Jakarta kotanya dilalui 13 sungai, dan senantiasa mendapat kiriman hujan dari Bogor, jadilah kerap banjir. Meski demikian, itu pun tetap kesalahan Pak Anies.
Sejak zaman kolonial Belanda dulu, Jakarta langganan banjir. Disamping luapan sungai, juga beberapa permukaan wilayahnya lebih rendah dari permukaan laut.
Banjir di Jakarta lalu seperti biasa, rutin saja. Tapi sejak Pak Anies Baswedan dilantik memimpin ibu kota, maka tidak boleh ada banjir. Jika banjir, maka itu kesalahan Pak Anies.
Jika Jakarta banjir, kesalahan dipikulkan pada Pak Anies. Mulai politisi dari partai yang tidak mendukungnya, sampai para buzzerRp nyeloteh dengan logika terbalik.
Karenanya, Pak Ganjar tenang saja gak usah risau. Banjir Semarang itu kodrat alam yang tidak bersahabat. Makanya tidak akan ada yang mempermasalahkan.
Hayo siapa yang bisa menolak kodrat alam, gak mungkin ada yang bisa menolaknya. Tapi di Jakarta dibawah Pak Anies, tidak dikenal kodrat alam itu.
Di Jakarta pokoknya kalau ada yang jelek-jelek itu pastilah gara-gara Pak Anies. Seolah Pak Anies “diberi” bagian yang jelek saja. Tapi itu jadi tantangan buatnya, disulap jadi mengkilap.
Sedang yang baik, misal Pak Anies terpilih salah satu dari 21 pahlawan dalam “21 Heroes 2021”, dikatakan itu sih bukan karyanya. Itu karya dari gubernur sebelum dan sebelumnya lagi. Yo wes lah.
Warga Jakarta bersyukur beberapa hari hujan cukup lebat, tapi lolos banjir. Sabotase si kunyuk pada kabel Rumah Pompa Air bisa digagalkan.
Jangan harap ada apresiasi buat Pak Anies dan jajarannya itu. Misal dengan berani mengatakan beberapa kata saja, “Syukur Jakarta tidak banjir.”
Sekali lagi buat Pak Ganjar, jangan cemas dan risau dengan banjir kota Semarang dan sekitarnya, karena kita semua sudah mafhum, itu fenomena alam yang kodrati.
Tulisan ini sengaja dibuat ngikuti logika koplak, yang membolak-balik kesadaran dan pikiran agar menjadi tidak normal… Jangan diikuti lho…! (*)
Kolumnis, tinggal di Surabaya